"Dan tatkala datang utusan-utusan Kami (para malaikat) itu kepada Luth, dia merasa susah karena (kedatangan) mereka, dan (merasa) tidak punya kekuatan untuk melindungi mereka dan mereka berkata: "Janganlah kamu takut dan jangan (pula) susah. Sesungguhnya kami akan menyelamatkan kamu dan pengikut-pengikutmu, kecuali isterimu, dia adalah termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan)." (QS. Al-Ankabut: 33)
Luth merasa akan ada cobaan besar yang harus ia hadapi: kaumnya yang homoseks itu tidak akan tinggal diam jika tahu ada orang asing yang datang. Dan memang kenyataannya mereka -para homoseks ini sangat gembira dengan kedatangan tetamunya.
"Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena kedatangan tamu itu)." (QS. Al-Hijr: 67)
Sempat terjadi percekcokan antara Luth dan kaumnya itu:
Luth berkata, "Wahai kaumku! Inilah putri-putriku mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu cemarkan namaku atas tamuku ini. Tidak adakah di antaramu orang yang cerdas?"
Mereka menjawab, "Sesungguhnya engkau pasti tahu bahwa kami tidak mempunyai keinginan (syahwat) terhadap putri-putrimu; dan engkau tentu tahu apa yang kami kehendaki." (QS. Hud: 80-81)
"Adakah di antara kalian rajulun rasyid (orang cerdas, yang menggunakan akalnya)?", kata Luth.
Luth mengajak kaumnya agar menggunakan akal dan kecerdasan mereka, menggugah fitrah dan nurani mereka. Lelaki secara bawaan harusnya tertarik secara seksual kepada wanita dan sebaliknya. Ini yang normal. Dari hubungan itu akan lahir anak keturunan. Lantas bagaimanakah kiranya jika lelaki berhubungan dengan lelaki? Sesuatu yang menyalahi fitrah dan sangat menjijikkan. Apalagi yang disasar adalah bagian tempat keluarnya kotoran.
Allah sebut bahwa kaum Nabi Luth itu dalam kondisi mabuk alias tidak waras,
(Allah berfirman), "Demi umurmu (Muhammad), sungguh mereka terombang-ambing dalam kemabukan." (QS. Al-Hijr: 71)
Mereka, kata Allah, benar-benar hilang akal alias mabuk.