Fauzi kembali menghela napas. Ibunya adalah contoh wanita sejati karena membuat laki-laki, termasuk anaknya sendiri, harus peka.
"Iya bu, nanti aku kirimin uangnya ya," jawab Fauzi. Terdengar nada berat hati walau hanya sekelibat.
"Aduh, nak. Jangan repot-repot, tapi kalau kamu mau kirim nggak apa-apa. THR kamu bentar lagi turun juga, kan."
Fauzi tersenyum kecut. Masih teringat di akhir bulan tepat setelah dia terkena layoff, ibunya meminta kiriman uang untuk memperbaiki rumah.
Ditambah lagi, ibunya adalah anak pertama di keluarganya. Adik-adik ibunya dengan anak-anak dan cucunya akan datang, artinya butuh salam tempel yang banyak.
Meski demikian, Fauzi termasuk anak berbakti yang mengutamakan keluarganya. 'Rezeki masih bisa dicari', begitu pikirnya. Sayangnya, cicilan motor dan sewa kosan membuat dompetnya kian tipis.
"Ya sudah, ibu pamit dulu ya. Oh iya nak, gamis yang ibu mau itu murah kok, harganya cuman sekitar 150 ribuan, kamu kirim segitu aja ya. Sisihkan buat kamu sendiri, jangan lupa. Wassalamualaikum."
Fauzi tesenyum getir, mungkin ibunya tak tahu saldo di rekeningnya tinggal Rp 158.000. Dan kini uang tersebut sudah bukan miliknya lagi.
"Iya, bu. Waalaikumsalam..."
CCEEETTTRREEEKKK!!