Sesekali Fauzi menggantinya dengan mie instan sebagai menu berbuka agar tidak bosan. Jangan lupa, dia makan hanya satu kali sehari, yaitu ketika buka puasa. Sungguh menu dan cara makan yang mencerminkan anak kosan.
"Teman di kosan ada yang dikirimin makanan sama orangtuanya, bu. Alhamdulilah aku kebagian," jawab Fauzi sedikit berhalusinasi.
"Oh ya? Pasti makanannya enak-enak."
"Iya, bu. Ada semur daging, ayam goreng, tumis sayur, dan lain-lain." Fauzi makin halu.
Fauzi tentu tak ingin memberitahu yang sebenarnya. Bisa-bisa ibunya di kampung akan kepikiran dan sakit. Mereka berbincang dua-tiga kata lagi. Percakapan seperti ini memang dirindukan olehnya.
Biasanya Ibu Fauzi akan meneleponnya seminggu tiga kali. Fauzi berpikir, ibunya sedang kangen dengan putra satu-satunya yang sedang merantau di ibu kota ini atau.....sesuatu yang Fauzi takutkan saat ini.
"Gimana kerjaan kamu? Jadi dipromosikan habis lebaran?"
Fauzi kembali menelan ludah, kali ini lebih besar.
Teringat jelas di awal tahun pimpinannya menjanjikan kenaikan pangkat karena kinerjanya yang lumayan mengesankan. Jabatan itu sejatinya baru diserahterima kepadanya setelah lebaran.
Apa daya, ketika bulan Ramadan baru jalan beberapa hari, kabar buruk datang. Fauzi jadi salah satu dari beberapa karyawan yang terkena layoff. Perampingan dan restrukturisasi jadi alasan pemberhentian masa kerja tersebut.
"Ini pasti akal-akalan perusahaan agar tidak membayar THR kita."