Dengan membawa sikap menerima dan memaafkan, kita bisa meraih masa depan yang lebih cerah dan positif. Kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat dan harmonis dengan orang-orang di sekitar kita. Dan yang terpenting, kita bisa merasakan kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.
Semoga dengan memahami dan mempraktekkan seni menerima dan memaafkan ini, kita semua bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan bijaksana. Selamat mencoba!
Referensi:
1. Heatherton, T. F., & Wagner, D. D. (2011). Cognitive neuroscience of self-regulation failure. Trends in cognitive sciences, 15(3), 132-139.
2. Luskin, F. (2002). Forgive for good: A proven prescription for health and happiness. Harper Collins.
3. Worthington Jr, E. L., & Scherer, M. (2004). Forgiveness is an emotion-focused coping strategy that can reduce health risks and promote health resilience: Theory, review, and hypotheses. Psychology & Health, 19(3),385-405.
4. Strelan, P., Acton, C., & Patrick, K. (2009). Disappointment and forgiveness. Journal of personality and social psychology, 97(4), 658.
5. Worthington Jr, E. L., Witvliet, C. V. O., Pietrini, P., & Miller, A. J. (2007). Forgiveness, health, and well-being: A review of evidence for emotional versus decisional forgiveness, dispositional forgivingness, and reduced unforgiveness. Journal of Behavioral Medicine, 30(4), 291-302.
6. Toussaint, L., & Webb, J. R. (2005). Theoretical and empirical connections between forgiveness, mental health, and well-being. Handbook of forgiveness, 349-362.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H