Pertama, jadilah pendengar yang baik. Empati dimulai dari mendengar. Bukannya hanya mendengar untuk merespons, tapi mendengar untuk memahami.Â
Bukan hal yang mudah, tapi tentu bisa dilatih. Dengan mendengar, kita bisa memahami perspektif orang lain dan memahami apa yang mereka rasakan.
Kedua, jangan cepat men-judge. Menilai orang lain tanpa mengetahui apa yang mereka alami itu nggak adil, kan? Jadi, sebelum menghakimi, lebih baik berusaha memahami dulu apa yang sedang mereka hadapi. Berusahalah berpikir dari sudut pandang mereka.
Ketiga, berlatihlah untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Ini mungkin terdengar sulit, tapi bisa dilakukan dengan perlahan.Â
Misalnya, jika teman sedang sedih, coba bayangkan diri sendiri di posisi mereka. Dengan begitu, perasaan dan emosi mereka bisa lebih dipahami.
Empati dan Dunia Digital
Dunia digital, dunia di mana kita berinteraksi tanpa batas waktu dan ruang. Di era digital ini, penting untuk membawa empati ke dalam setiap interaksi yang kita lakukan.Â
Coba bayangkan, berapa banyak orang yang merasa terluka karena kata-kata kasar di media sosial? Dengan lebih empati, kita bisa membuat dunia digital menjadi tempat yang lebih aman dan nyaman.
Empati juga bisa menjadi senjata ampuh untuk melawan bullying digital. Dengan lebih memahami apa yang dirasakan oleh korban bullying, kita bisa menjadi lebih berhati-hati dalam berbicara dan bertindak, sehingga tidak menambah luka yang ada.
Pada akhirnya, empati di dunia digital bukan hanya soal merasakan apa yang dirasakan orang lain, tapi juga soal bertindak dengan bijaksana dan mempertimbangkan perasaan orang lain.
Empati dalam Konteks Indonesia