Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa "Learned Optimism" Penting Untuk Kesehatan Mental?

15 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 15 Juli 2023   19:00 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belajar optimisme, lebih dari sekadar mantra positif. Sebuah kunci untuk meraih kesehatan mental yang lebih baik.

"Apakah seseorang dapat melatih dirinya untuk menjadi lebih optimis?" Barangkali, itulah pertanyaan yang berputar dalam benak saat menatap judul tulisan ini. 'Learned Optimism' atau 'Optimisme yang Dipelajari', mengajak kita untuk menumbuhkan pola pikir positif bukan hanya sebagai hiasan kata, tetapi sebagai benteng mental yang kokoh.

Apa Itu 'Learned Optimism'?

Lho, pertama-tama, apa sih yang dimaksud dengan 'Learned Optimism'? Well, Learned Optimism atau Optimisme yang Dipelajari adalah teori yang pertama kali dikemukakan oleh Martin Seligman, seorang peneliti di bidang psikologi. Menurut Seligman, optimisme bisa dipelajari dan dikembangkan oleh setiap individu.

Optimisme sendiri diartikan sebagai sikap yang melihat dan berharap hal-hal positif dalam hidup. Di sisi lain, Learned Optimism merujuk pada upaya aktif untuk memahami dan mengubah pola pikir yang lebih sering melihat hal-hal negatif, menjadi pola pikir yang lebih fokus pada hal-hal positif. Bukan berarti hidup ini selalu indah dan tidak ada masalah ya, tapi lebih kepada bagaimana kita menghadapi masalah tersebut dengan cara yang lebih positif.

Jadi, konsep ini bukanlah tentang mengabaikan realita yang ada, tetapi tentang bagaimana mengubah perspektif kita terhadap realita tersebut. Itu dia inti dari Learned Optimism. Sekarang, kenapa sih hal ini penting?

Learned Optimism dan Kesehatan Mental

Dalam era digital ini, sering kali kita merasa tertekan oleh informasi negatif yang terus menerus berdatangan. Kondisi ini bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Nah, di sinilah Learned Optimism berperan.

Dengan belajar optimisme, kita bisa mengubah cara pandang kita terhadap masalah, dari yang awalnya negatif menjadi lebih positif. Misalnya, dari yang awalnya merasa takut dan cemas, menjadi merasa tenang dan optimis bahwa masalah tersebut dapat diatasi. Tentu, ini mempengaruhi kesehatan mental, bukan?

Dalam jangka panjang, pola pikir yang positif ini dapat membantu kita untuk lebih tahan terhadap stres dan depresi. Memang tidak mudah, tapi percaya deh, usaha ini pasti akan berbuah manis.

Manfaat 'Learned Optimism'

Selain berdampak pada kesehatan mental, Learned Optimism juga memberikan manfaat lain. Salah satunya adalah dalam hal produktivitas. Yup, dengan memiliki pandangan yang positif, kita menjadi lebih semangat dan termotivasi untuk mencapai tujuan.

Manfaat lainnya adalah dalam hal hubungan sosial. Dengan optimisme, kita lebih mudah untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Karena percaya deh, orang lain juga merasakan energi positif yang kita pancarkan.

Bukan cuma itu, optimisme juga berpengaruh pada kesehatan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang optimis memiliki risiko yang lebih rendah untuk menderita penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya. Jadi, manfaatnya tidak hanya untuk pikiran, tapi juga untuk tubuh kita.

Bagaimana Cara Belajar Optimisme?

Belajar optimisme tentu bukan hal yang instan. Tapi, ada beberapa langkah yang bisa dicoba. Salah satunya adalah dengan melatih diri untuk lebih sering melihat sisi positif dari setiap situasi.

Kedua, cobalah untuk lebih bersyukur. Mengingat hal-hal yang bisa kita syukuri dalam hidup ini bisa membantu kita untuk lebih optimis. Dan ketiga, cobalah untuk selalu belajar dari setiap kesalahan dan kegagalan. Jangan melihatnya sebagai akhir dari segalanya, tapi sebagai pelajaran yang berharga.

Contoh 'Learned Optimism' dalam Kehidupan Sehari-hari

Sekarang, kita coba lihat contoh aplikasi Learned Optimism dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika mendapatkan nilai yang kurang baik dalam ujian. Daripada merasa sedih dan putus asa, cobalah untuk melihat ini sebagai peluang untuk belajar dan memperbaiki diri.

Atau misalnya ketika gagal mendapatkan pekerjaan yang diimpikan. Daripada merasa terpuruk, cobalah untuk melihat ini sebagai kesempatan untuk mencari pekerjaan yang mungkin lebih cocok dan lebih baik.

Tantangan dalam Menerapkan 'Learned Optimism'

Menerapkan 'Learned Optimism' mungkin tidak semudah yang dibayangkan. Ada saja tantangan yang mungkin muncul di tengah jalan. Misalnya, sulitnya melepaskan pola pikir negatif yang sudah mendarah daging. Pola pikir ini bukanlah sesuatu yang bisa berubah dalam semalam, dan membutuhkan proses.

Tantangan lainnya adalah menerima dan memahami bahwa optimisme bukan berarti menolak realitas. Banyak yang salah paham, menganggap bahwa optimisme berarti menghindari masalah. Padahal, sejatinya optimisme adalah cara kita memandang dan menyelesaikan masalah dengan lebih positif.

Satu lagi, tantangan bisa datang dari lingkungan sekitar. Kadang, orang-orang di sekitar kita belum tentu mendukung atau memahami perubahan yang sedang kita coba lakukan. Tapi jangan khawatir, selama kita yakin dan percaya bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang baik, tantangan ini pasti bisa diatasi.

'Learned Optimism' dan Budaya Indonesia

Terkait 'Learned Optimism', mungkin ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam konteks budaya Indonesia. Misalnya, cara pandang masyarakat kita yang cenderung menganggap 'optimisme' sebagai suatu bentuk penyangkalan terhadap realitas. Padahal, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, optimisme tidaklah sama dengan penyangkalan.

Optimisme juga seringkali dianggap sebagai sikap yang tidak realistis. Namun, dengan paham betul konsep 'Learned Optimism', kita bisa belajar bagaimana cara memandang dunia dengan lebih positif tanpa harus menyangkal realitas.

Akhirnya, 'Learned Optimism' ini bisa menjadi solusi untuk masalah kesehatan mental yang masih jarang mendapatkan perhatian di Indonesia. Dengan belajar cara pandang yang lebih positif, kita bisa membantu diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita untuk memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

Menyikapi 'Learned Optimism' dalam Dunia Kerja

Belajar optimisme juga sangat penting dalam dunia kerja. Dengan memiliki sikap yang optimis, kita bisa lebih mudah menghadapi tantangan dan tekanan di tempat kerja. Misalnya, saat diberikan tugas yang sulit, dengan optimisme, kita bisa melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri, bukan sebagai beban.

Selain itu, optimisme juga penting dalam membangun hubungan kerja yang baik dengan rekan kerja. Dengan sikap yang positif, kita bisa lebih mudah menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik.

Akhirnya, dengan optimisme, kita bisa lebih percaya diri dalam mengejar karir dan tujuan kita. Karena dengan optimisme, kita percaya bahwa kita bisa mencapai apa yang kita inginkan, asalkan kita mau berusaha dan tidak menyerah.

Kesimpulan

Jadi, dari penjelasan di atas, kita bisa simpulkan bahwa Learned Optimism sangat penting untuk kesehatan mental kita. Dengan belajar untuk lebih optimis, kita bisa lebih tahan terhadap stres, lebih produktif, dan memiliki hubungan sosial yang lebih baik.

Tentu, ini semua tidak akan datang dengan mudah. Tapi dengan usaha dan latihan yang konsisten, kita bisa merubah pola pikir kita menjadi lebih positif.

Jadi, mari kita mulai belajar optimisme dari sekarang!

Referensi:

  1. Seligman, M. E. P. (2006). Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life. Vintage Books.
  2. Carver, C. S., Scheier, M. F., & Segerstrom, S. C. (2010). Optimism. Clinical psychology review, 30(7), 879-889.
  3. Conversano, C., Rotondo, A., Lensi, E., Della Vista, O., Arpone, F., & Reda, M. A. (2010). Optimism and its impact on mental and physical well-being. Clinical Practice & Epidemiology in Mental Health, 6, 25.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun