Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengapa "Learned Optimism" Penting Untuk Kesehatan Mental?

15 Juli 2023   19:00 Diperbarui: 15 Juli 2023   19:00 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menerapkan 'Learned Optimism' mungkin tidak semudah yang dibayangkan. Ada saja tantangan yang mungkin muncul di tengah jalan. Misalnya, sulitnya melepaskan pola pikir negatif yang sudah mendarah daging. Pola pikir ini bukanlah sesuatu yang bisa berubah dalam semalam, dan membutuhkan proses.

Tantangan lainnya adalah menerima dan memahami bahwa optimisme bukan berarti menolak realitas. Banyak yang salah paham, menganggap bahwa optimisme berarti menghindari masalah. Padahal, sejatinya optimisme adalah cara kita memandang dan menyelesaikan masalah dengan lebih positif.

Satu lagi, tantangan bisa datang dari lingkungan sekitar. Kadang, orang-orang di sekitar kita belum tentu mendukung atau memahami perubahan yang sedang kita coba lakukan. Tapi jangan khawatir, selama kita yakin dan percaya bahwa apa yang kita lakukan adalah hal yang baik, tantangan ini pasti bisa diatasi.

'Learned Optimism' dan Budaya Indonesia

Terkait 'Learned Optimism', mungkin ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam konteks budaya Indonesia. Misalnya, cara pandang masyarakat kita yang cenderung menganggap 'optimisme' sebagai suatu bentuk penyangkalan terhadap realitas. Padahal, seperti yang sudah dibahas sebelumnya, optimisme tidaklah sama dengan penyangkalan.

Optimisme juga seringkali dianggap sebagai sikap yang tidak realistis. Namun, dengan paham betul konsep 'Learned Optimism', kita bisa belajar bagaimana cara memandang dunia dengan lebih positif tanpa harus menyangkal realitas.

Akhirnya, 'Learned Optimism' ini bisa menjadi solusi untuk masalah kesehatan mental yang masih jarang mendapatkan perhatian di Indonesia. Dengan belajar cara pandang yang lebih positif, kita bisa membantu diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita untuk memiliki kesehatan mental yang lebih baik.

Menyikapi 'Learned Optimism' dalam Dunia Kerja

Belajar optimisme juga sangat penting dalam dunia kerja. Dengan memiliki sikap yang optimis, kita bisa lebih mudah menghadapi tantangan dan tekanan di tempat kerja. Misalnya, saat diberikan tugas yang sulit, dengan optimisme, kita bisa melihatnya sebagai kesempatan untuk belajar dan mengembangkan diri, bukan sebagai beban.

Selain itu, optimisme juga penting dalam membangun hubungan kerja yang baik dengan rekan kerja. Dengan sikap yang positif, kita bisa lebih mudah menjalin komunikasi dan kerjasama yang baik.

Akhirnya, dengan optimisme, kita bisa lebih percaya diri dalam mengejar karir dan tujuan kita. Karena dengan optimisme, kita percaya bahwa kita bisa mencapai apa yang kita inginkan, asalkan kita mau berusaha dan tidak menyerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun