Mohon tunggu...
Den Reza Alfian Farid
Den Reza Alfian Farid Mohon Tunggu... Lainnya - Digital Marketer

Terkadang ku lupa pernah berpikir apa.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenapa Fenomena FOMO Semakin Marak di Era Digital?

21 April 2023   09:00 Diperbarui: 24 April 2023   20:20 1573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Some Tale on Unsplash 

Di era serba digital saat ini, fenomena yang dikenal sebagai FOMO atau Fear of Missing Out semakin marak. 

FOMO adalah perasaan cemas yang muncul ketika merasa ketinggalan informasi, kegiatan, atau pengalaman yang menarik yang dialami oleh orang lain. FOMO sebenarnya bukan hal baru, tapi di era digital ini, fenomena ini semakin menjadi-jadi. Lantas, mengapa banyak yang mengalami FOMO di era ini?

Mari kita mulai dengan konteks zaman sekarang. Kehidupan sehari-hari kini semakin tak terlepas dari gadget dan media sosial. Hampir setiap orang memiliki smartphone, dan aktivitas di media sosial sudah menjadi bagian dari rutinitas. 

Media sosial, seperti Instagram, Facebook, dan Twitter, memudahkan seseorang untuk mengekspresikan diri dan berinteraksi dengan orang lain. Tapi di sisi lain, media sosial juga menjadi penyebab utama FOMO.

Ada beberapa hal yang membuat FOMO semakin berkembang di era digital ini. 

Pertama, efek bandwagon. Efek bandwagon adalah fenomena di mana seseorang mengikuti tren atau kebiasaan yang dilakukan oleh banyak orang, meskipun sebenarnya ia tidak begitu tertarik. Misalnya, ketika banyak orang menonton film baru yang sedang hype, seseorang akan merasa perlu untuk menonton film itu juga, meskipun ia tidak begitu tertarik. 

Dalam konteks FOMO, efek bandwagon ini membuat seseorang merasa perlu untuk selalu update informasi atau ikut serta dalam kegiatan yang sedang tren agar tidak merasa ketinggalan.

Kedua, pengaruh media sosial. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, media sosial menjadi salah satu penyebab utama FOMO. 

Kehadiran media sosial membuat kita mudah untuk melihat apa yang dilakukan oleh orang lain, baik teman, keluarga, maupun selebriti. Hal ini membuat kita merasa perlu untuk selalu mengetahui apa yang sedang terjadi di sekitar kita. 

Selain itu, media sosial juga membuat kita merasa perlu untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kita juga memiliki kehidupan yang seru dan menarik. Akibatnya, kita menjadi terjebak dalam siklus FOMO.

Ketiga, dorongan untuk mencapai kesuksesan. Di era ini, kesuksesan dianggap sebagai sesuatu yang harus dicapai, dan banyak orang merasa tekanan untuk menjadi sukses. Kesuksesan menjadi semacam standar yang harus dicapai, baik dalam karier, kehidupan sosial, maupun kehidupan pribadi. 

FOMO menjadi salah satu cara untuk mencapai kesuksesan tersebut. Kita merasa perlu untuk selalu mengetahui informasi terbaru, mengikuti tren, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dianggap sebagai jalan menuju kesuksesan.

Bagaimana cara memaknai fenomena FOMO ini? Sebagai manusia, kita memiliki kebutuhan dasar untuk diterima dan diakui oleh orang lain. Kebutuhan ini disebut sebagai kebutuhan afiliasi. 

FOMO adalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan afiliasi tersebut. Ketika kita merasa ketinggalan informasi atau kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, kita merasa tidak diterima atau diakui oleh lingkungan sosial kita. 

Oleh karena itu, kita akan berusaha untuk mengikuti tren atau kegiatan yang sedang populer agar dapat diterima oleh orang lain.

Namun, perlu diingat bahwa FOMO sebenarnya bukanlah cara yang sehat untuk memenuhi kebutuhan afiliasi. Justru, FOMO bisa menyebabkan stres, kecemasan, dan bahkan depresi. 

Jadi, bagaimana cara mengatasi FOMO? Berikut beberapa langkah yang bisa diambil:

Mengenali perasaan FOMO: Langkah pertama adalah menyadari bahwa kita mengalami FOMO. Dengan menyadari perasaan ini, kita bisa lebih mudah mengendalikannya.

Fokus pada diri sendiri: Daripada terlalu fokus pada apa yang dilakukan orang lain, cobalah untuk fokus pada diri sendiri. Apa yang menjadi prioritas dan kebahagiaan kita? Dengan fokus pada diri sendiri, kita bisa mengurangi perasaan FOMO.

Batasi penggunaan media sosial: Media sosial merupakan salah satu penyebab utama FOMO. Oleh karena itu, cobalah untuk mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial. Atur waktu khusus untuk menggunakan media sosial, dan jangan terlalu sering mengecek ponsel.

Jalin hubungan yang sehat: Kebutuhan afiliasi bisa dipenuhi dengan menjalin hubungan yang sehat dengan orang lain. Cobalah untuk lebih sering menghabiskan waktu bersama teman dan keluarga, baik secara langsung maupun melalui telepon atau video call.

Belajar menerima diri: Terakhir, belajarlah untuk menerima diri apa adanya. Ingatlah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan, dan tidak perlu selalu mengikuti tren atau kegiatan yang dilakukan orang lain untuk menjadi diri yang lebih baik.

Sebagai analogi, bayangkan FOMO seperti sebuah balon. Ketika kita terus menerus mengikuti tren dan kegiatan yang dilakukan orang lain, balon tersebut akan terus mengembang dan akhirnya meledak. Namun, dengan mengendalikan perasaan FOMO, kita bisa mencegah balon tersebut meledak dan menjaga keseimbangan hidup.

Kesimpulannya, FOMO merupakan fenomena yang semakin marak di era digital ini. FOMO dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti efek bandwagon, pengaruh media sosial, dan dorongan untuk mencapai kesuksesan. 

FOMO sebenarnya adalah cara yang tidak sehat untuk memenuhi kebutuhan afiliasi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali perasaan FOMO dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun