Dr. Wahidin berkeliling, suaranya menyusup lembut, membawa gagasan kemerdekaan,
ilmu pengetahuan, dan persatuan sebagai cahaya baru.
Soetomo tersentuh oleh Dr. Wahidin.
Bukan pedang, tapi pendidikan yang menyalakan api kebangkitan.
Malam-malam Dokter Soetomo adalah perpustakaan yang luka.
Ceramah Dr. Wahidin menjadi buku kedua.
Penderitaan pribumi itu buku pertama.
Dan kabar kemerdekaan aneka negeri jauh di seberang lautan sana menjadi halaman terakhir.
Di malam sunyi, dokter itu merenung:
"Apakah pengetahuanku hanya sekadar layar
untuk perahu bangsa penjajah?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!