ketika ia merapat ke sana, sebagai asisten Dr. Soetomo.
Di balik tembok-tembok putih rumah sakit kolonial,
Darta melihat dokter muda,
berdiri dengan tatapan tajam namun ragu.
Dr. Soetomo, ia dipanggil.
Sejak saat itu,
renungan kemerdekaan selalu mengganggunya.
Tangannya terampil, pikirannya cerdas,
diberi jalan keemasan oleh tangan penjajah,
namun jiwanya terantuk pada jerit rakyat yang terabaikan.
Saat itu, di sekolah-sekolah,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!