Ketakhinggan satu saat ini, diwaktu sekarang atau diwaktu yang sama dengan kita adalah karena kita tidak pernah mampu menggapai satu, ataupun menjadi satu karena kita masih terbatasi oleh ruang, walaupun disaat/waktu yang sama tetap saja, sebagai mahluk kita dibatasi oleh ruang. Sebagai manusia, jasad kita adalah ruang yang mematasi diri kita. Untuk menggapai satu maka kita harus keluar dari jasad ini. Katakanlah kita menguasai ilmu "ngrogo sukma" dimana ruh kita meninggalkan jasad kita, tetap saja kita masih terikat oleh waktu dan masih saja di dalam bumi yaitu ruang yang lebih besar. Masih saja kita di bawah langit, ruang yang menyelimuti bumi, masih dalam ruang galaksi, alam semesta dan seterusnya. Kita tidak mungkin menggapai satu karena banyaknya batasan akan ruang yang berlapis-lapis.
Ketakhinggaan satu (1) juga karena indra kita juga terbatas dalam mengenali / menerima respon. Jadi jangan pernah kita berharap untuk bisa melihat tuhan, mendengarkanNya, menyentuh. Semua itu adalah mustahil, dan bentuk takhingga akan tuhan untuk saat ini. Mungkin untuk menambah pemahanan akan hal ini bisa dibaca artikel saya yang berjudul "balada : menemani akal mencari tuhan", atau "balada : menemani akal memilih tuhan", dan juga "balada : menemani akal mengilustrasikan tuhan".
Takhingga() adalah bentuk lain dari satu (1) karena ketidak terbataskannya, karena tidak terikat oleh waktu dan tidak terikat oleh ruang. Atau karena kebesarannya maka ada disetiap ruang. Takhingga () juga bentuk lain dari satu (1) di masa depan. Dalam pandangan kita sebagai mahluk, bentuk lain dari satu (1) di masa depan adalah takhingga (), tak tergapai, tak tersentuh, tak bisa dihitung jumlahnya, atau sesuatu yang sangat besar. Kenapa seperti itu? Karena kita manusia terikat oleh waktu. Kita tidak bisa menerobos waktu, membuat jalan pintas untuk melewatinya. Maka sesuatu yang ada di masa depan adalah ketakhinggaan. Seiring waktu berjalan, maka takhingga itu akan menjadi satu(1), dan satu (1) saat ini akan menjadi nol(0). Semua itu terjadi dalam pandangan mahluk. Pada hakikatnya tidak ada yang berubah, satu tetaplah seperti itu sepanjang masa, itu adalah kekekalan akan satu(1). Allah subhanahu wa ta'ala itu kekal dan tidak pernah berubah.
Itulah nol(0), satu(1), dan takhingga() dalam pandangan saya, atau dalam konsep bilangan adalah siklus atau berputar. Jarak antara nol(0), satu(1), dan takhingga() pun sama. Tidak seperti dalam konsep bilangan linier, maka takhingga adalah sesuatu yang sangat berbeda. Nol(0), satu (1), dan takhingga() merujuk pada sesuatu yang sama, yaitu Allah subhanahu wa ta'ala. Dan dalam kaitannya dalam penyelesaian permasalahan mahluknya, semuanya akan terlihat maknanya. Berikut sekedar contoh
20 = 1 X 20