(dua pangkat nol = satu, tiga pangkat nol = satu, empat pangkat nol = satu, n pangkat nol = satu)
Jika kita baca hukum pemangkatan dengan pangkat itu sama dengan status, kita anggap 2,3,4,N adalah mahluk Allah Subhanahu wa Ta'ala akan kita dapati sebagai berikut
"Semua mahluk yang status/pangkatnya dinyatakan mati maka Ia akan kembali ke Allah Subhanahu wa Ta'ala" ini adalah pembacaan yang sesuai dengan dunia nyata dimana ketika kita mendapati orang mati maka akan dikatakan kembali ke Allah.
Contoh 2
      9 ^(99)^0 = 1
(sembilang pangkat 99 pangkat nol = satu)
Dalam pembahasan sebelumnya 9 itu adalah manusia atau orang, sedangkan 99 misalkan pangkat tertinggi yang didapatkan orang tersebut, dan 0 adalah mati. Kita bisa membaca sebagai berikut
"Setinggi apapun pangkat yang diperoleh seseorang, akan tetapi jika sudah dinyatakan mati maka dikatakan/sama saja kembali ke Allah Subhanahu wa Ta'ala"
Tentu akan sangat aneh jika kita memaknai Nol itu dengan kosong atau tidak ada seperti "Orang yang pangkatnya tidak ada kembali ke Allah Subhanahu wa Ta'ala, orang yang statusnya tidak ada kembali ke Allah Subhanahu wa Ta'ala!" menurut yang saya rasakan aneh dan tidak masuk logika. Rumangsaku ngono, Aneh!
Maka dengan demikian angka sepuluh adalah fakta ataupun wujud dari firman ke Allah Subhanahu wa Ta'ala "Innalillahi wa innailahi rojiun".
Sampai sini saya berharap kamu sudah cukup mampu mencerna kalimat ini "Huwal awwalu wal akhiru". Lihat kembali gambar siklus itu.