Meski awalnya ragu, Deni akhirnya setuju. Mereka berkeliling Depok sambil berbicara. Di salah satu sudut kota yang sepi, Kiki mengajak Deni berteriak sekuat tenaga.
"Coba, Den! Teriak aja. Biar lega," kata Kiki.
Malam itu menjadi momen yang tak terlupakan bagi Deni. Dukungan Kiki membuatnya merasa lebih ringan.
Namun, ketika waktu kelulusan tiba, Deni harus menghadapi kenyataan pahit. Dia tidak lulus SMA. Kiki dan Jaya menjadi teman yang setia mendampingi Deni di saat terberat itu. Mereka mengusulkan ide untuk pergi ke Dieng bersama Hamna dan Amar, agar Deni bisa sedikit melupakan kegagalannya.
Selama tiga hari dua malam, mereka menikmati keindahan Dieng. Meski cuaca dingin, kehangatan persahabatan membuat perjalanan itu istimewa. Pada dini hari terakhir, mereka berencana mendaki Bukit Sikunir untuk melihat golden sunrise.
Namun, Deni merasa tidak sanggup mendaki. Dia memilih tinggal, tetapi Kiki memaksanya.
"Den, lo pasti bisa. Gue temenin. Pelan-pelan aja," kata Kiki.
Dengan berat hati, Deni akhirnya ikut. Seperti yang dia duga, dia kelelahan sebelum mencapai puncak. Namun, dengan motivasi dari Kiki dan teman-temannya, Deni berhasil sampai di pos 1.
"Sampai di sini aja udah hebat, Den. Nanti kalau ke sini lagi, kita naik sampai pos 3, ya? Kita foto bareng di sana," ujar Kiki sambil tersenyum.
Deni merasa terharu. Meski tidak sampai ke puncak, dukungan teman-temannya membuatnya merasa dihargai. Setelah menikmati golden sunrise dari pos 1, mereka turun bersama.
Perjalanan di Dieng mengajarkan Deni banyak hal tentang persahabatan. Dia mulai melihat bahwa kegagalan bukanlah akhir dari segalanya. Setelah kembali ke Depok, Kiki memberi semangat kepada Deni untuk tetap melanjutkan pendidikan, entah dengan mengulang tahun depan atau mengikuti program paket C.