Dari sisi literasi, ulasan Pepih Nugraha atau biasa disapa Kang Pepih tentang "Ikrar Literasi" yang mereka susun di Batu Ruyud menyadarkan diri akan pentingnya literasi dasar membaca dan menulis.
Bahwa membaca dan menulis, adalah jalan menuju peradaban baru bangsa yang lebih kokoh, kuat dan bermartabat.
Bahwa membaca dan menulis, menjadikan kami bangsa yang memiliki kedudukan sama dan sederajat dengan bangsa-bangsa beradab lainnya di atas muka bumi.
Bahwa pegiat literasi Indonesia berikrar, memerangi kebodohan dan kemunduran di segala bidang, dengan menghasilkan karya tulis berisi segala pengetahuan yang bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bertanah air.
Bahwa pegiat literasi Indonesia bertekad, melawan semua bentuk ketidakadilan,, penindasan, kesewenang-wenangan, dan perampasan terhadap kemerdekaan berpendapat dalam bentuk tulisan.
Wah, cadas bukan isi dari deklarasi literasi di atas? Itulah salah satu hasil dari Batu Ruyud Writing Camp (BRWC).Â
Saya juga mengetahui filosofi "LTJ" dari ulasan Kang Pepih. TLJ (Tahu-lakukan-jadikan).Â
"BRWC adalah ide liar yang terwujud," demikian ujar Kang Pepih.Â
Melalui coretan Arie Saptaji, salah satu peserta BRWC, saya mengetahui tentang bagaimana beratnya medan perjalanan di sana. Umumnya menggunakan pesawat kecil yang tarifnya pun tak murah.Â
Para petualang yang pernah ke sana salah satunya aktor Ibnu Jamil. Ia dan kawan-kawan sampai menangis merasakan beratnya medan perjalanan darat yang mereka lalui.Â
Mereka menggunakan motor melintasi Malinau-Krayan. Motoran di tengah hutan tak menjumpai orang satu pun.