Â
 Seiring waktu, Oliva semakin sibuk menjalankan praktiknya. Hari-harinya diisi dengan mendengarkan cerita, memberikan saran, dan membantu kliennya menelusuri ketakutan serta luka batin mereka. Setiap kasus yang ia tangani membuatnya teringat pada perjalanan panjang yang pernah ia lalui. Ia tak hanya membantu orang lain, tetapi juga semakin memahami dirinya sendiri dan betapa besar pengaruh masa lalu dalam membentuk seseorang.Â
Matahari semakin menghilang dari permukaanan bumi, cahaya oren membuat langit semakin indah saat dilihat, angin berhembusan dengan tenang, setelah menyelesaikan sesi terapi terakhirnya hari itu, Oliva menerima panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Dengan lembut, ia menjawab.Â
"Halo, ini Oliva." Suara di seberang terdengar bergetar, mengungkapkan kesedihan dan rasa putus asa. Suara itu mengingatkan Oliva pada masa lalunya, pada seorang gadis yang pernah dia kenal.Â
"Tolong, Oliva... Aku tidak tahu harus bicara dengan siapa lagi," kata suara tersebut. Oliva terdiam sejenak. Kemudian, suara itu memperkenalkan diri.Â
"Ini Laras." Jantung Oliva berdegup kencang.Â
Laras, sahabatnya dari masa SMA, yang selama ini hanya dapat ia kenang, kini kembali. Terakhir kali mereka berbicara adalah bertahun-tahun lalu ketika Laras dan keluarganya pindah ke Surabaya. Sejak itu, mereka sempat beberapa kali bertukar pesan, tetapi hubungan mereka perlahan merenggang seiring waktu dan jarak yang memisahkan.Â
Oliva mendengarkan Laras yang mulai menceritakan kisahnya, tentang pernikahannya yang ternyata tidak seindah yang ia harapkan. Tentang perasaan terperangkap dalam hubungan yang membuatnya kehilangan jati diri. Laras merasa ketakutan---takut jika ia tak lagi mengenali dirinya sendiri.
"Aku... Aku tidak tahu lagi siapa aku, Oliva," Laras terisak
"Aku ingin lari, tapi aku takut. Aku takut membuat keputusan yang salah. Aku takut pada apa yang akan terjadi setelah ini."
Oliva mengingatkan dirinya untuk tetap tenang dan mendengarkan dengan sepenuh hati. Di antara rasa haru dan rasa sakit mendengar sahabatnya menderita, ia berkata,Â