Menjadi Dwibahasawan
Dalam kehidupan kita, bilingualisme telah dapat ditemukan pada masa kanak-kanak yang tentu akan mengakibatkan bilingualisme pada masa dewasa. Namun, masih ada juga anak-anak yang tetap ekabahasawan (hanya menguasai satu bahasa). Dwibahasawan yang mempelajari bahasa kedua pada masa anak-anak disebut dwibahasawan anak-anak, sedangkan dwibahasawan yang mempelajari bahasa kedua setelah dewasa disebut dwibahasawan dewasa. Haugen mengatakan, orang yang mempelajari bahasa kedua setelah usia 14 tahun sebagai dwibahasawan dewasa, sedangkan yang mempelajari bahasa kedua sebelum usia 14 tahun sebagai dwibahasawan anak-anak.
Kebanyakan anak yang dwibahasawan melalui proses almiah akibat dari faktor perkawinan antarkelompok, kemajemukan bahasa pada suatu wilayah dan pendidikan. Perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain dapat melahirkan perkawinan antaranggota kelompok sehingga anak yang lahir dari perkawinan tersebut memperoleh dua bahasa.
Kedekatan kelompok bahasa lain juga menyebabkan bilinguslisme di rumah. Hal ini terutama tampak pada penggunaan dua bahasa di dalam komunikasi keluarga di rumah dan di dalam masyarakat. Bilinguslisme seperti ini mendahului proses pendidikan di sekolah. Hal yang sama juga terjadi karena pengaruh pemakaian bahasa antara orang tua dengan sahabat-sahabatnya, famili, tetangga, dan sebagainya yang menggunakan bahasa yang lain daripada bahasa yang lazim digunakan di rumah sehingga anak mengalami dua bahasa yang berbeda. Pengaruh siaran televisi dan radio pun dapat dikategorikan sebagai pengarh lingkungan ini.
Seiring dengan kemajuan pendidikan, maka faktor yang sangat berpengaruh dalam melahirkan anak yang dwibahasawan. Penggunaan bahasa pengantar di sekolah serta pengajaran bahasa tertentu telah bersama-sama melahirkan bilingualisme ini. Anak juga dapat menjadi dwibahasawan karena kebijaksanaan masyarakat atau keluarga. Ada masyarakat yang menyajikan program pendidikan bilingual dalam bentuk mengajarkan bahasa mayoritas tetapi juga mempertahankan dan mengembangkan bahasa minoritas. Program seperti itu terdapat di Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Singapura, India, dan Hongkong. Contohnya ada yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri untuk dapat mempelajari dan menguasai bahasa asing.
Bagaimanapun, anak mudah menjadi dwibahasawan. Ia akan menjadi dwibahasawan apabila faktor psikososial menciptakan kebutuhan untuk berkomunikasi di dalam dua bahasa. Bilingualisme pada anak itu biasanya terjadi karena kebutuhan berkomunikasi dengan orang yang berperan penting di dalam kehidupan anak, seperti orang tua, anggota keluarga lain, famili, teman sepermainan, dan guru. Selagi faktor itu penting bagi anak, ia akan tetap dwibahasawan. Namun, apabil kepentingan itu hilang maka anak mungkin akan menjadi ekabahasawan kembali.
Pemilihan Bahasa Pada Masyarakat Bilingual
Di dalam pergaulan sehari-hari kita selalu mengubah variasi bahasa yang digunakan. Ada kalanya pula mengubah bahasa yang digunakan dari bahasa yang satu ke bahasa lainnya. Keadaan ini tercermin pada seorang yang bilingual.
Penutur pada setiap masyarakat bahasa yang memasuki situasi sosial yang lain biasanya mempunyai repertoire ujaran alternatif yang berubah menurut situasi (Erwin Tripp, 1968: 197). Pada latar dwibahasa terlibat dua bahasa atau lebih sehingga situasinya lebih rumit. Kalau pada ekabahasawan hanya mengubah variasi bahasa ke variasi lain dari bahasa yang sama, maka pada dwibahasawan mungkin bukan saja mengubah dari variasi yang satu ke variasi lain bahasa tertentu, malah dapat pula mengubah bahasa yang dipergunakannya.
Dengan tersedianya beberapa bahasa di lingkungan masyarakat bilingual, seorang dwibahasawan melakukan pemilihan bahasa, yaitu menentukan bahasa apa yang akan digunakannya dalam berbicara kepada mitra tuturnya. Pemilihan bahasa itu ternyata sangat rumit untuk ditentukan polanya, seperti telah ditunjukkan oleh hasil-hasil penelitian Fishman dkk. (1971) tentang pemilihan bahasa Spanyol dan Inggris di Puerto Rico, Heye (1979) tentang pemilihan bahasa Jerman dengan Partugis di kota Pomerode Santa Catarina Brasil, Barber (1973) tentang pemilihan bahasa Spanyol, Yaqui, dan Inggris di Tucson, Arizona.
Pengaruh Bilingualisme Terhadap Dwibahasawan