Mohon tunggu...
Deni Saputra
Deni Saputra Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru dan Penggiat Literasi
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Belajar menulis untuk memahami kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Tak Ada Pilihan

13 November 2021   08:42 Diperbarui: 13 November 2021   08:45 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"eh... Bude, ada apa??"

"kamu baru pulang ya Roe... tadi Ibu pergi cepat-cepat ke rumah sakit umum di bulan-bulan... Bapakmu??"

"Bapak kenapa Bude??"

"Bapakmu tertabrak truk tadi pagi... sudah begitu supirnya lari... jadi tidak ada yang mempertanggungjawabkan kecelakaan yang menimpa Bapakmu... syukurnya ada Pak Kadir yang langsung membawanya ke rumah sakit... ya setidaknya masih bisa tertolong sabar aja ya nduk.. Ibumu tadi bilang katanya kamu jaga rumah, jangan pergi kemana-mana, ini bude bawakan nasi untuk kamu... sudah ya bude pulang dulu" kata istri Pak Kumis yang tinggal di depan rumahku, seraya berlalu dari pintu...

"terima kasih Bude..."

***

"Roe... Ibu pinjam uangmu dulu yach... kasihan Bapakmu, Ibu ndak punya uang untuk mengobati Bapakmu... setidaknya uangmu itu bisa dipakai untuk merawat Bapakmu selama tiga hari di rumah sakit... Bapakmu belum boleh pulang, ia harus menginap di rumah sakit, karena kondisinya masih sangat parah... dua hari lagi Ibu akan mencari pinjaman... tapi sekarang Ibu pakai uangmu dulu ya..."

***

Tuhan apa yang harus ku lakukan... bagaimana mungkin bisa... aku harus lulus tahun ini... tapi disisi lain Bapakku membutuhkan pertolongan untuk biaya pengobatannya... tak mungkin aku menggadaikan kesempatan terakhir ini... aku malu... aku mau lulus tahun ini, tapi tanpa ujian, mana mungkin aku dapat lulus dari sekolah itu.

Aku ingin membantu Bapakku tapi uang itu untuk bayar iuranku... dan kurasa ibu tak akan mungkin mendapat pinjaman dari tetangga, karena mereka semua juga dalam keadaan sama seperti keluargaku... Tuhan apa yang harus ku pilih... Ayahku atau kelulusanku...? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun