Mohon tunggu...
Deni Altamfanni
Deni Altamfanni Mohon Tunggu... Lainnya - paradoks

selalu berpikir sederhana, lebih sering galau biar kelihatan sang penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Suci Bagian 10

28 Desember 2021   10:27 Diperbarui: 28 Desember 2021   10:41 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

setelah selesai membayar langsung saja aku geret izur untuk meninggalkan warung bi emeh, santi mencoba mau mendekati izur, tapi aku langsung geret izur setengah berlari

dah kata izur melambaikan tanganya kesanti

kamipun melanjutkan perjalanan sampai hampir mendekati rumah izur

kita kerumah aku duku yu ? ajak izur

emang rumah kamu dimana ?

itu yang kearah sana, belakang puskesmas

oh, baiklah,

setibanya di rumah berwarna hijau halamannya di penuhi dengan bermacam-macam tanaman

izur membukan pintu rumah, hayu masuk ajak izur,

akupun mengucapkan salam,

"assalamu alaikum"

agak lama dari rumah tengah keluar seorang ibu-ibu setangah baya tetapi terlihat seperti masih muda karena penampilannya

"walaikum salam", menyodorkan tanganya

akupun mejabat tangan mami, lalu mami memlukku seraya mencium keningku, tanpa sadar akupun melingkarkan tanganku di perut mami

"idih, , izur ini siapa cantik banget",

"teman mih" jawab izur seraya masuk kedalam

"ayu neng duduk disini", mamih duduk di sopa, akupun duduk disebelah mami, tak henti-hentinya mami memelukku, terasa hangat belaian mamih, sebelumnya aku belum pernah mendapatkan kasih sayang seperti ini sebelumnya

"neng cantik siapa namanya ?"

"holy bu" jawabku menunduk

"panggail saja momi gitu biar lebih akrab" kata momi

"dari mana ? mamih kembali bertnaya ?"

"dari blok pada mukti mih,"

"eh padamukti ? anaknya siapa ? mamih juga banyak saudara di blok padamukti"

"anak nya bapak Iskandar ?"

"eh,,, Iskandar anak bapak Esu ?"

"iya mih", aku menunduk
"aduh, , pantesan wajahnya mirip keluarga"

"berarti ke mamih juga masih saudara ?"

"bapak sajam punya lima anak, haji saenah ibunya mamih, bapak esu itu ayahnya  iskandar, terus bapak harni, bapak ojo, dan ma eras mami menjelaskan silsilah keluarga"

aku hanya diam mangguk-mangguk karena selama ini belum tahu silsilah keluarga sampai ke momi, yang hanya tahu pade, paman saja

"kamu pacarnya izur ?"

tiba-tiba momih bertanya dengan tatapan tajam membuat aku kaget sepeti di tersambar petir di siang bolong, suaranya menggelegar membuat mendengung di telinga

"e,e, anu mih", aku terbata bata menjawab petanyaan momih

"iya, gak usah di jawab mamih tahu qo jawabannya", mamih kembali memeluku mencium rambutku,

"kamu capek gak ? kalau mau istirahat, istarahat saja di kamar izur",

"memang izurnya kemana mih ?"

"mungkin dia juga sedang tidur di kamar momih atau mungkin lagi ngasih makan binatang peliharaanya"

hayu mari mamih tunjukan kamar izur, mamih mengandeng holy tangan mamih tak henti-hentinya memeluk ku

"nah ini kamar izur, awas kamu jangan kaget iya,"

mami membuka kamar izur, setelah di buka aku kaget melihat dalamya kamar izur yang menurut aku berantakan

"tuhkan berantakan", momih masuk menyingkirkan buku-buku yang tergeletak di lanati kamar,

"sudah bu biarin saja, biar holy yang beresin"

"dasar klo anak cowokmah emang jorok kakta momi"

"yasudah mamih tinggal dulu iya," mami mau masak dulu buat makan

setelah momi keluar kamar, aku hanya bengong terpana, takjub, bergedik, melihat ruangan ukuran 4 X 4 M ini penuh dengan bermacam-macam, mungkin ruangan ini lebih mirip dengan museum atau perpustakan, rak buku sebelah timur terdapat rak buku, sebelah barat terdapat lemari kaca yang penuh dengan berbagai koleksian izur disebeahnya terdapat lemari pakaian, di sisi sebelah selatan terdapat berbagai macam pigura poto poto izur, poto pemuka agama, president dan bahkan pelawak juga , beberapa artikel tulisan izur yang di muat di surat kabar, beberapa lukisan hasil karyanya sendiri

disebelah utara ada sebuah computer menggunakan meja yang pendek disebelahnya ada kaca besar, dia atas computer terdapat  barbagai puisi, kamar izur tidak seperti kamar pada umumnya kebiasan kalau kamar itu identik dengan adanya ranjang dan Kasur yang embuk , namun izur tidak menggunakannya, hanya beralaskan karpet dan untuk tidur izur lebih menggunakan Kasur lantai, lalu setelah di gunakan kasurnya akan di lipat kembali ,

akupun mulai memunguti satu persatu buku yang geletak di sebelah computer, memasukinnya ke rak buku, kuambil sapu di pojokan kamar, akupun menggoyang-goyangkan sapu di lantai kamar menjadikan debu-debu itu hilang, ah selesai juga gumamku, aku lihat di hanger terlihat ada jacket izur tergantung akupun mendekati jacket itu, tanpa sadar aku bicara dengan jaket, 

"hey izur walaupun aku baru kenal kamu beberapa hari, tpi aku sudah merasa nyaman dekatmu. Tidak butuh lama aku bisa melabuhkan hatiku, gak perlu banyak pertanyaa aku menerima cintamu", akupun mengambil jaketnya lalu aku peluk, cium masih tercium wangi parfum yang biasa izur gunakan,

"neng ayu makan dulu teriak mami membuyarkan lamunanku"

"iya mih", aku keluar kamar di dapur kudapati momi yang sedang sibuk menuangkan sayur ke piring,

"mih biar holy bantuin ?"

"gak usah, biar momi saja"

"gak apa2 mih, aku mengambil piring yang sudah terisi sayuran"

"eh, izur kemana mih ?" aku celengak cilinguk

"itu izur" kata mamih yang masih terbaring di kursi

"bangunin sana", kata momi

akupun mendekati izur bermaksud membangunkannya, tetapi saat aku mau membangunkannya aku terpana melihat wajah izur sedang tidur, aku hanya bisa memandangnya, wajah ini yang selalu aku rindukan, selalu membuat aku rindu, selalu membuat senang, maksih iya kamu telah mengenalkan apa itu cinta, arti keindahan dari cinta

aku tengak kiri kana ke belakang, tanpa sadar aku mencuri mencium wajah izur,

tak lama kemudian izurpun bangun,

"eh holy",

aku tersenyum, tadi mami ngajakin makan dulu

izurpun bangkit berjalan menuju ruang makan

izur duduk berdepanan dengan momi dan aku duduk tepat disebelah izur,

"beginilah kalau makan hanya berdua saja sama izur, ayahnya  kan masih dinas pulangnya seminggu sekali

sedangkan kakak izur kuliah di bandung" kata momi

"iya momi, sama di holy juga seperti ini"

"tadi aku bermimpi ?" tanya izur berbisik pelan hampir tidak terdengar

"mimpi apa ?"

"ada mak lampir mencium pipi aku, ketika aku sedang tidur"

aku langsung cubit perutnya mengakibatkan izur setengah menjerit

"apa izur ?" tanya momi

"gak ada apa mih", izur cengengesan nahan sakit yang aku cubit perutnya

"yasudah makan dulu", ibu menuangkan nasi ke piring

"dasar awas saja kalau bilang lagi" kataku setengah ngancam

"iya," jawab izur pendek

setelah makan  aku dan izurpun pamit untuk pulang kerumah,

"mom pamit dulu mau pulang kataku",

"oh iya, salam iya ke Iskandar dari momi"

"iya mih", akupun menjabat tangan mami, mami kembali memeluk dan mencium keningku

kamipun berjalan menuju ke rumahku, sepanjang jalan kami bermain, kadang saling cubit saling peluk, serasa dunia ini hanya milik kami berdua, mungkin yang lain hanya sewa saja, tak terasa perjalanna kerumahku terasa cepat,

"kamu mau masuk dulu ?"

"gak usah, aku langsung pulang saja iya,"

izur mengeluarkan motornya dalam pagar rumahku,

"aku pulang iya",

"iya",

izur mengulurkan tanganya,

"apa ?"

"salam dulu kali, sama imam itu",

"oh iya lupa, heheh",

akupun menggapai tangan izur dan memnciumnya,

"terima kasih untuk hari ini, aku sangat senang sekali"

"iya", izur mengusap-ngusap rambutku, seperti kakek yang sudang mengusap cucuny

haha, aku ketawa begitu juga izur,

"aku berangkat iya",

"iya, hati-hati"

akupun masuk rumah, aku dapati ayah dan bu sedang berada di ruang tv,

"kamu dari mana ?" sapa ayah lagi

"habis dari rumah caca, terus ke rumah izur"

"habis ngapain ?"

"habis musyawarah untuk kegiatan acara desa pah, terus tadi ibunya izur ngajakin ngobro, lama banget sampe gak boleh pulang, katanya masih saudara sama bapak ?"

"emang siapa namanya ?"

"kalau gak salah namanya mimi, tapi suka di panggil momi, anaknya haji saenah kalau gak salah"

"oh iya, ce mimi iya ?" kata bapak sambil ketawa

"bapak kenal ?"

"kenal dia itu teman sekolah waktu SD", hahah bapak ketwa mengingat kejadian masa lalu

"kalau dulu dia itu orangnya tomboy, nakal gaulnya sama lelaki mulu , hahah bapak kembali tertawa"

"iya, ce mimi itu suka gangguin anak perempuan kata ibu menimpali"

"ibu juga kenal ?"

"kan satu sekolah, ce mimi kaka kelas, dia itu suka berantem mintain uang ke adik kelas juga"

hahaha,,,, sebelum cerita ayah tertawa

"iya, jaman dulu, untuk menandakan waktu istirahat  menggunakn lonceng, nah sebelum istirahat ceu mimi memukul loncengnya, akhirnya semua murid keluar kelas di kira sudah istirahat, haha bapak ketawa,"

hahaha aku dan ibu juga ikut ketawa

"terus gimana omelin sama guru tanyaku penuh penasaran"

"iya, di panggilah sama guru, terus ceu mimi bilang dia lapar belum sempat sarapan makanya di bunyikan agar  bisa sarapan", hahaha aya kembali ketawa

"aneh, gumamku"

"emang dia mah aneh, dulu juga lagi main petak umpet, nah ceu mimi bagian jaga, semua sudah sembunyi, eh dia malah pulang ke rumah gak di cariin, anak-anak kan di kirain masih main, sampe lewat magrib anak-anak masih pada sembunyi" hahaha

kembali kami tertawa hahaha

"aku sangat bahagia bisa mendengar kisah momi, dan gara-gara membicarakan momi ayah, ibu merasa bahagia biasanya bila sedang kumpul pasti yang di bahas pasti nikah, namun hanya dengan nama momi saja bisa mempersatukan kami, oh mami makasih iya, sudah mau menyayangi holy,

tapi yang gak di sangka, dia malah nikah sam tentara, terus ceu mimi juga menjadi jaksa kalau tidak salah ya, benar-bener gak nyangka kata bapak samnbil menggoyangkan kepalanya pertanda salut kepada momi.

Bersambung ........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun