Mohon tunggu...
Dendi Pratama
Dendi Pratama Mohon Tunggu... -

Dendi Andi Pratama, seorang pemuda dari pulau Borneo yang memiliki jiwa humoris. Oleh karena itu, tertawa orang lain adalah suatu hal yang bahagia buat ku

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lebih dari Sekedar Teman

24 Maret 2017   18:03 Diperbarui: 24 Maret 2017   18:14 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Enak saja, bayar sendiri lah, hahaha….” Ucap Ahmad

Benar saja apa yang kupikirkan ternyata benar, bagaimana mungkin aku tidak mengetahui sifatnya yang tidak pernah serius. Lonceng pertanda masuk pun berbunyi, belum sempat ku mengambil jajan ku namun apa daya jika sudah ada pemberitahuan dari sekolah bahwa kegiatan belajar mengajar akan segera dimulai.

“woy, ayo buruan masuk panggilan masuk dari neraka (sekolah) sudah berbunyi.” Ucap Ivan.

Kami pun bergegas pergi ke kelas dengan terburu-buru. Setelah sampai kamipun langsung memulai aktivitas belajar kami. Akhirnya, lonceng pulang pun berdering. Setelah lelah menunggu lama sepanjang jam sekolah tadi. Aku, Robi, Ahmad,dan Ivan berjalan bersama menuju parkiran sekolah, merasa ada yang kurang lengkap, Ivan pun bertanya “Dika dimana ya?”

“oh iya, pantesan ada yang kurang lengkap disini.” Ucapku. Tak lama kemudian datanglah Dika dari belakang tampak Dika tengah berlari, dan menghampiri kami. Ini dia yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga.

“Eh, nanti sore kita belajar bareng ya, kan kita udah mau UN nih.” Ucap si Ahmad

“tumben ngajak belajar bareng, biasanya di kelas ngga pernah mau ngerjain tugas” olok Robi.

“Iyalah, kan kita harus mempersiapkan diri untuk Ujian Nasional yang ngga lama lagi, lagipula, kita berlima kan berjanji akan sama-sama kuliah di satu perguruan.” Balas si Ahmad.

aku setuju dengan apa yang dipikirkan temanku ini, maklum kami berlima merupakan anak yang terkenal dan pasti menjadi pusat perhatian anak-anak yang lain di sekolahku, apalagi kami berlima memiliki tingkah aneh tapi menghibur banyak orang. Dan julukan untuk kami berlima adalah ‘Lima Serigala.’

kami pun setuju dengan ide tadi, lalu kami pun memutuskan untuk belajar di rumah Ahmad terlebih dahulu karena dialah yang mencetuskan ide tersebut. Akhirnya kami pun balik ke rumah kami masing-masing. Sampai di rumah, aku merasa lelah dan memutuskan untuk tidur siang terlebih dahulu untuk menenangkan pikiran.

Handphone ku berdering sehingga membuat ku tersadar, aku teringat untuk belajar bersama. Aku pun bergegas untuk pergi ke rumah Ahmad, di perjalanan aku melihat seseorang mirip dengan Dika tengah berkumpul bersama orang yang tak ku kenal sambil memakai narkoba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun