Sekitar dua puluh menit dari rumahku, akhirnya aku sampai juga di kediaman Ahmad, dimana Robi dan Ivan sudah datang terlebih dahulu. Tanpa berlama-lama, kamipun langsung memulai kegiatan belajar bersama kami. Merasa ada sesuatu yang kurang, Ahmad pun bertanya”sebentar,aku merasa ada sesuatu yang kurang disini, oh iya Dika, kok dia belum datang sih.
“Mungkin dia lupa atau berhalangan datang.” Ucap Robi.
“Ya sudah, dia pasti punya alasan kok kenapa dia tidak datang.” Ucapku kepada mereka.
Hari demi hari telah kami lewati bersama, semakin lama ujian pun sudah mau datang. Tapi aku merasa senang dapat melewati segalanya dengan tertawa bersama. Walaupun sampai sejauh ini Dika tidak pernah bergabung bersama kami selama 3 minggu. Rasa penasaran pun muncul dari kami, pasalnya dia tidak mau bergaul bersama kami walau dia melihat kami tengah asik bercanda.
Apakah kami memiliki salah kepada Dika? Tidak, rasanya tidak ada permasalahan diantara kami berlima. Sejak dia bergaul dengan Wahyu, anak yang baru pindah ke sekolahku dia tidak pernah lagi mau bertegur sapa.
Sampai pada akhirnya kamipun memutuskan untuk berkumpul membahas tentang Dika.
“eh, Dika kok ngga pernah lagi mau bergaul bersama kita, belajar bersama, padahalkan kita telah lama berteman.” Ucapku.
“iya, jika diantara kita memiliki masalah pasti kita akan membantu menyelesaikan masalah, apalagi kita kan sudah mau UN.” Ucap Ivan.
Kami pun berusaha menyelidiki apa yang membuatnya menjauhi kami. Satu per satu orang yang dekat dengan Dika kami tanyai mengenainya. Tapi, tak ada yang tahu persis tentang apa yang terjadi.
Sampai suatu hari, Ahmad mendapat telepon dari ibu Dika bahwa Dika kecelakaan saat mengendarai motor saat pergi ke sekolah dan dibawa ke rumah sakit. Kami berempat pun langsung bergegas ke rumah sakit tempat Dika di rawat. Setelah sampai kami pun langsung menuju tempat ibunya Dika.
“Ibu, bagaimana keadaan Dika saat ini?” tanya Ahmad.