Mohon tunggu...
Demitri
Demitri Mohon Tunggu... Freelancer - Biarkan kata bicara

- Ibu rumah tangga. Suka utak-atik kata -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pengakuan

26 Juni 2022   12:58 Diperbarui: 26 Juni 2022   13:31 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture by Aan Dwi Suwanto

Kunaikkan kerah kaos menutupi leher. Lalu kupalingkan wajah yang terasa agak panas. Untuk apa dia mengamatiku sedemikian? Apa pentingnya hal-hal kecil itu? 

"Bagiku wanita yang seperti itu menarik."

"Apa?!" tanggapku heran.

Berani sekali dia bicara begitu padahal baru saja bertemu. 

Kutatap wajahnya. Sebuah tatapan lembut terhampar di depanku. Jantungku berdetak cepat. Kupalingkan wajah. Jangan sampai ia melihat wajahku memerah.

"Riyanti, ayo sini!"

Seorang teman memanggilku. Aku segera pergi. Kutinggalkan Bayu. Jangan sampai keadaan memburuk.
---


"Ibu sudah ingin menimang cucu."

Sebuah kalimat pendek yang bagiku serupa hantaman palu di dada. Apalagi itu diucapkan ibu. Ibu, yang tahu benar keadaanku. Namun tetap ibu ucapkan saat aku pulang berlibur tahun ini. 

"Keluar dari kelompok tari itu. Kelompok itu membuatmu lupa diri. Kembalilah pada dirimu yang dulu."

Ibu melanjutkan pembicaraan. Bukan. Bukan pembicaraan. Tepatnya perintah. Karena aku tak diberi kesempatan bicara. Toh aku sudah berkali-kali menjelaskan bukan teman-teman tari yang membuatku seperti ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun