Style. Perlakuan gaya Aristoteles dalam Retorika berfokus pada metafora. Dia percaya bahwa " belajar dengan mudah secara alami merupakan hal menyenangkan bagi semua orang" dan bahwa "metafora yang paling menghasilkan pembelajaran." Lebih jauh, ia mengajarkan bahwa "kiasan (metaphor) memiliki kejelasan dan rasa manis serta keanehan." Tetapi untuk Aristoteles, metafora lebih dari bantuan untuk pemahaman atau apresiasi estetika. Metafora membantu audiens memvisualisasikan --- proses "membawa-di-depan-mata" yang memproses energi pendengar dan menggerakkan mereka untuk bertindak. King adalah seorang ahli metafora:
Orang Negro hidup di pulau sepi yang miskin di tengah samudera luas dengan material kemakmuran.
Untuk bangkit dari lembah gelap dan terpencil yang memisahkan ke jalur terang keadilan rasis
Penggunaan metafora King tidak terbatas pada gambar yang diambil dari alam. Mungkin perumpamaannya yang paling meyakinkan adalah analogi panjang yang menggambarkan pawai Washington dimana orang kulit berwarna pergi ke bank federal untuk menguangkan cek tertulis dari Bapak Pendiri. Amerika telah gagal membayar wesel bayar dan telah mengirim kembali cek yang bertanda "dana tidak mencukupi." Namun para demonstran menolak untuk percaya bahwa bank keadilan bangkrut, bahwa keuntungan kosong. Penggambaran persuasif ini mengumpulkan pengetahuan pendengar tentang ras yang didiskriminasi menjadi sejumlah alasan yang kuat:
Biarkan keadilan bergulir seperti air
dan kebenaran seperti aliran yang kuat
Delivery. Penonton menolak pengiriman yang tampaknya direncanakan atau dipentaskan. Kealamian bersifat persuasif; kelicikan justru sebaliknya. Segala bentuk presentasi yang memanggil perhatian pada dirinya sendiri justru menghilangkan bukti pembicara.
Memory. Murid-murid Aristoteles tidak perlu diingatkan bahwa pembicara yang baik mampu memanfaatkan kumpulan ide dan frasa yang tersimpan dalam pikiran. Meskipun, Para guru retorika Romawi merasa perlu untuk menekankan pentingnya memory. Di zaman kita sekarang (word processing and teleprompters) ini, memori tampaknya menjadi seni yang hilang.
REFLEKSI ETIS: GOLDEN MEAN ARISTOTELES
Retorika Aristoteles adalah risalah sistematis pertama yang diketahui tentang analisis audiens dan adaptasi. Karenanya karyanya menimbulkan pertanyaan sama yang dibahas dalam pengantar retorika publik bagian ini: Apakah etis untuk mengubah pesan agar lebih dapat diterima untuk audiens tertentu?
Cara saya mengutarakan pertanyaan mencerminkan bias Barat untuk menghubungkan moralitas dengan perilaku. Apakah suatu tindakan menghasilkan keuntungan atau kerugian? Apakah benar atau salah melakukan perbuatan tertentu? Namun, Aristoteles berbicara tentang etika dalam hal karakter daripada perilaku, ke dalam watak daripada perilaku lahiriah. Ia mengambil kebanggan Yunani terhadap moderasi dan mengangkatnya ke teori kebajikan.