Sepertinya Bahasa Arab yang sudah disusun dengan rapi dan tertib oleh Sibawaihi, menjadi amburadul karena bahasa Shadiqi ini.
Mungkin salah satu tempat untuk merasakan praktek Fushah, 'Amiyah dan Shadiqi dalam kehidupan masyarakat Saudi adalah Taksi. Ketika naik Taksi, kita akan merasakan praktek ketiga pola bahasa tersebut lengkap dengan ekspresi dan apresiasi mereka. Â
Seperti Indonesia, Taksi di Arab Saudi bisa dipilah menjadi dua yang berbeda. Offline dan Online.
Taksi offline banyak berseliweran di jalan. Ada identitas resmi dan memakai argo. Namun bila sudah tahu tujuan dan kisaran tarifnya, penentuan tarif disarankan dengan negosiasi bukan argo. Supaya tidak ada pembengkakan.
Kebanyakan pengemudi taksi offline berasal dari Pakistan. Lainnya berasal dari Mesir, India atau Kashmir. Terlihat seperti bule Eropa padahal masih Asia.
Ketika mencoba ngobrol dengan supir taksi offline inilah kita akan merasakan Arab Amiyah dan Shadiq. Bahasa Arab yang dipelajari di sekolah, jadi berantakan tidak karu-karuan.
Di Indonesia kita belajar dengan ketat penggunaan "Dhamir." Bahwa ketika berbahasa, kita harus secara akurat menyebut kata ganti atau pronoun yang dimaksud.
Bila kata ganti yang akan dipakai untuk menunjukan seorang Perempuan dihadapan kita, maka Dhamir Muttashil nya adalah "Ki" dan Dhamir Munfashil nya adalah "Anti." Sementara bila pronoun yang mau dipakai adalah "Kita" maka Dhamir Muttashil nya adalah "Naa" dan Dhamir Munfashilnya adalah "Nahnu."
Namun rumusan bahasa yang dipelajari sampai begadang ini tidak berlaku. Dalam perbincangan dengan mereka, semuanya seperti mamakai "Mashdar," kata dasar dari kata kerja atau nama. Bila memakai Dhamir maka tidak ada keterkaitan baik secara Muttashil maupun Munfashil.
Ketika kita menunjukan Alamat yang dituju, dengan enteng mereka akan bertanya "Anta ma'lum hadza syari'? Apakah kamu tahu Alamat ini?
Bila kita mencoba berbicara dengan Arab Fushah, maka dua kemungkinan respon yang muncul. Kemungkinan pertama, dia akan kebingungan. Tidak tahu apa yang dimaksud. Adapun bila dia tahu yang dimaksud, maka muncul respon kedua, yaitu mengejek. Seperti mengatakan bahwa bahasa yang kita pakai adalah bahasa komputer.