Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

AC Milan dan Sepak Bola Modern di Era Big Data

29 Juni 2023   00:14 Diperbarui: 7 Juli 2023   09:45 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti wilayah sisi kiri kanan lapangan. Para pelatih membagi setiap sisi lapangan menjadi half space dan flank. Bila half space adalah wilayah gelandang sayap, maka flank adalah wilayah paling dekat dengan garis pembatas lapangan dan menjadi daerah full back.

Pembagian wilayah lapangan ini tentunya akan bertambah lebih detail bila kita melihat cara para pelatih bola memilah wilayah depan dan wilayah belakang. Dimanakah area yang harus dikuasai defensive midfielder, juga area mana yang mesti dieksplorasi seorang striker.

Baca juga: Pajak di Arab Saudi dan Jembatan Penyebrangan di Riyadh, Melihat Arab Saudi Yang Bertransformasi - Bagian 1 

Sepakbola yang sebelumnya sangat subjektif dan intuitif, menjadi sangat objektif dan rigid. Maldini yang sangat instingtif dalam melihat Sepakbola, berganti dengan Cardinale yang sangat kalkulatif.

Lalu siapakah yang akan menjadi pemenang antara Sepakbola Maldini dengan Sepakbola Cardinale?

Belum ada jawaban pasti tentang itu. karena ini berkaitan dengan masa depan yang sulit diprediksi. Hanya saja di era Big Data,  apa yang dikemukakan Cardinale mendapat momentum untuk tumbuh lebih cepat dan lebih besar.

Baca juga: Air Mineral Di Masjid Arab Saudi, Absurdnya Lupa Puasa Dan Minum Didalam Masjid di Siang Hari Bulan Ramadhan 

Ketika "Moneyball" Billy Beane berhasil mengembangkan Oakland Athlethics hanya berdasar pada pengolahan data dan statistik, maka era Big Data bisa berbuat lebih dari itu.

Big Data memungkinkan Cardinale mendapatkan data pemain yang lebih berlimpah ruah. Data besar tersebut diolah dengan machine learning dengan lebih cepat dan bisa mempetakan apa yang sedang terjadi sekarang, dan apa yang mestinya dilakukan pada masa yang akan datang.

Setelah itu, data bisa divisualisasi dengan mudah sehingga proses pengambilan keputusan bisa lebih cepat dan akurat.

Baca juga: Ragam Bahasa Arab Dalam Keseharian Masyarakat Arab Saudi, Kisah Lucu Negosiasi Dengan Supir Taksi di Riyadh!

Setelah sebelumnya kita menghadapi pertampuran antara Sepakbola indah dan Sepakbola pragmatis, kita sepertinya akan menghadapi dinamika baru dalam dunia sepakbola. Antara Sepakbola yang serba kalkulatif dengan Sepakbola instingtif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun