Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

LGBT: Sikap, Legalisasi Pernikahan, dan Komunikasi

22 November 2020   17:59 Diperbarui: 22 November 2020   18:33 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi kalau kita lihat kembali, ada perbedaan signifikan antara perspektif train dan trait. Pemimpin dalam perspektif traits, selain fenomenal, besar, dia juga sangat langka dan lama munculnya. Sampai saat sekarang, orang Mesir masih mengingat Indonesia dengan Soekarno. Karena itulah Presiden Indonesia yang dianggap fenomenal. Begitu juga Sepakbola. Orang boleh berdecak kagum dengan skill Christiano Ronaldo, tapi legenda sepakbola tetaplah Maradona. Sementara pemimpin dalam perspektif train, lahirnya banyak dan berkali-kali dalam satu waktu, tapi tidak fenomenal. Ada banyak pemimpin yang lahir dan hadir di setiap tingkatan. Mereka semua bertebaran. 

Dalam konteks inilah saya mencoba memahami pertanyaan apakah LGBT itu bawaan atau faktor lingkungan. Dari sini saya bisa memahami kenapa dalam debat-debat publik pro dan penentang LGBT begitu keras dan mereka sangat kuat dengan argumen masing-masing. Lengkap dengan data dan fakta yang sulit dibantah.

Dalam rekaman acara ILC tentang kontroversi LGBT yang dikutip banyak orang itu, saya mendapat satu kata kunci yang terlontar dari pendukung LGBT. Bahwa komunitas LGBT itu pada dasarnya tidak 100% homo. Berarti ada variasinya. Mungkin homonya 20%, 30%,mungkin juga sampai 90%. Sepertinya hanya sedikit diantara mereka seperti Alan Touring (Tokoh LGBT yang kemarin diributkan apakah dia penemu komputer atau bukan) yang bisa begitu tersiksa dan sampai harus bunuh diri karena tidak sanggup menjalankan teraphi. Karena tokh banyak juga yang sembuh bahkan tanpa harus ikut terapi sekalipun. 

Mungkin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun