Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ekolinguistik, Mengungkap Masalah Lingkungan dalam Ragam Bahasa

9 Mei 2023   11:17 Diperbarui: 18 Mei 2023   21:11 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemahaman tentang bagaimana wacana yang digunakan oleh Rachel Carson menyatukan fitur linguistik dengan cara mengekspresikan pengetahuan ilmiah tetapi tanpa mendevaluasi spesies lain dengan mengubahnya menjadi "spesimen" atau "sumber daya" dapat berguna dalam membantu membentuk kembali wacana ekologis. 

Atau pemahaman tentang bagaimana Vandana Shiva menolak memaksakan metafora dari Barat dan menggunakan bahasa dengan cara yang menegaskan kembali metafora tradisional budaya lokal dapat digunakan untuk memberi wacana lelah dan dikompromikan "pembangunan berkelanjutan"' wacana memicu percikan kehidupan baru.

Ekosofi akan digunakan setelah analisis linguistik mengungkap teks dan cerita. Muatan apa yang ada dalam cerita setelah dianalisis dengan kerja-kerja linguistik akan dinilai dan dikritisi dengan menggunakan ekosofi yang dipilih. 

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis

Cerita-cerita yang mempromosikan penghargaan terhadap hidup dan kesejahteraan semua spesies, menyerukan pengurangan konsumsi, dan mempromosikan redistribusi sumberdaya secara baik dan berkelanjutan akan dinilai secara positif. 

Sebaliknya, cerita-cerita yang memperlakukan manusia dan lingkungan alam sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi, mempromosikan distribusi sumber daya secara tidak adil, dan mempromisikan nilai-nilai yang menunjukkan kerakusan seperti kepemilikan material berlebihan akan dinilai negatif dan, kalau perlu, dilawan. 

Kehadiran ekosofi akan memperdalam penilaian secara kritis. Itu semua bertujuan untuk meningkatkan kesadaran kritis  dan melawan cerita-cerita yang mendorong kehancuran ekologis serta mempromosikan penggunaan bahasa yang menghadirkan cerita-cerita berbeda yang mendorong manusia untuk melindungi sistem tempat manusia bergantung dalam menjalani kehidupan.

Catatan Penutup

Banyak sekali cerita atau wacana yang disampaikan dan disebarluaskan dalam kehidupan dengan ragam bentuknya ikut memengaruhi cara kita berpikir dan bertindak. Kita seringkali tidak menyadarinya sebagai faktor penting. 

Sebagai contoh Soper (dikutip dalam Stibbe, 2014) mengatakan bahwa belum ada usaha upaya serius untuk mengkritisi dan menantang definisi "kehidupan yang baik" yang terkait dengan budaya konsumen. 

Budaya konsumen menubuh dalam begitu banyak wacana, dari iklan hingga laporan berita dan percakapan sehari-hari dari teman-teman yang saling mengagumi harta milik masing-masing, sehingga konsumerisme sering diabaikan sebagai target untuk bertindak dalam wacana lingkungan arus utama. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun