Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Ekolinguistik, Mengungkap Masalah Lingkungan dalam Ragam Bahasa

9 Mei 2023   11:17 Diperbarui: 18 Mei 2023   21:11 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis

Di sini, kita bisa melihat perspektif optimis yang menekankan bahwa, secara umum, orang tidak ingin berkontribusi pada ketidakadilan sosial dan perusakan ekologis. Jika menyadari dampak wacana yang berpotensi merusak, beberapa pihak yang berada di dalam area yang bertanggung jawab atas wacana itu mungkin menuntut perubahan.  

Contoh nyata dari perspektif optimis analisis wacana kritis untuk masalah ekologis yang menimbulkan kesadaran bahasa kritis diungkapkan Croney & Reynnells (dikutip dalam Stibbe, 2014) dalam tulisan mereka di jurnal tentang industri perunggasan, Poultry Science.

Cendekiawan (Linzey, 2006; Stibbe, 2003: 387 & 390) telah menyarankan bahwa wacana industri mencirikan hewan dengan cara yang mengobjektifikasi mereka (hlm. 387) ... Meskipun analisis wacana mungkin tampak aneh dan tidak relevan ... jenis penelitian ini menjelaskan dalam beberapa cara yang berpotensi menguntungkan ... 

Mungkin perlu mempertimbangkan kembali beberapa aspek produksi hewan relatif berkaitan dengan ideologi, wacana, dan praktik. Transparansi praktik produksi hewan kontemporer dan etika perawatan dan penghormatan nyata terhadap hewan harus diwujudkan tidak hanya dalam praktik kami, tetapi juga dalam wacana internal dan eksternal peternakan hewan.

Kutipan ini menjadi penting karena berasal dari intelektual yang menekuni industri perunggasan itu sendiri dan menyerukan perubahan tidak hanya pada tingkat bahasa tetapi juga dalam praktik industri.

Selain wacana destruktif, ekolinguistik juga bisa digunakan untuk mengkaji wacana yang pada awalnya terlihat konstruktif dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip ekosofi, tetapi pada saat yang sama tampaknya juga tidak secara aktif bekerja menuju prinsip-prinsip tersebut. Ini bisa disebut wacana ambivalen, atau layak diberi "tanda kuning." 

Terdapat sejumlah wacana arus utama dominan yang dapat dianalisis dengan cara ini, termasuk wacana lingkungan hidup, wacana konservasi, wacana pembangunan berkelanjutan dan yang lain. Artinya, tidak semua teks kebahasaan yang menghadirkan persoalan lingkungan tidak selamanya akan selalu berorientasi positif.

Dokumentasi penulis
Dokumentasi penulis
Beberapa wacana lingkungan layak dikritisi karena hanya memfokuskan kepada efisiensi penggunaan sumberdaya, daur ulang yang lebih sedikit, menciptakan teknologi yang lebih efisien, atau membersihkan polusi setelah produksi. Dalam wacana tersebut, tidak ada yang mensyaratkan pertimbangan mendasar tentang berapa banyak sumberdaya dikonsumsi secara keseluruhan dan siapa yang mengkonsumsinya. 

Jika ekosofi didasarkan pada pengurangan keseluruhan konsumsi manusia untuk melindungi ekosistem, sedangkan secara bersamaan mengurangi kemiskinan dan menciptakan masyarakat yang lebih adil, maka redistribusi sumberdaya berskala besar diperlukan untuk membawa orang keluar dari kemiskinan bahkan ketika total konsumsi menurun.

Wacana lingkungan yang gagal mempertimbangkan redistribusi atau pengurangan konsumsi dapat dikritisi sesuai dengan ekosofi. Atau, jika ekosofi berkaitan dengan memunculkan rasa hormat dan kepedulian terhadap spesies dan lingkungan alam, maka beberapa wacana konservasi dapat dikritisi karena hanya mendorong rasa hormat terhadap sejumlah spesies dalam skala sempit, varietas besar yang suka dipelihara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun