Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyoal Multikulturalisme dalam Sastra Diasporik

28 Februari 2023   03:58 Diperbarui: 6 Mei 2024   14:59 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tokoh makanan di Pecinan, AS. Sumber: Hellotickets

Bagi penulis diasporik yang akrab dengan strategi di tengah budaya dominan di mana liberalisme menjadi orientasi ideal, budaya Barat akan menjadi konstruksi diskursif yang perlu diikuti oleh para tokoh utama agar mereka meraih kesuksesan. 

Belum lagi berbagai tragedi politik di negeri asal mendorong para sastrawan diaspora memposisikan budaya ibu sebagai pajangan atau kotak yang bisa memanjakan pembaca kulit putih yang mulai merindukan tradisionalisme dan eksotisme timur di era pascamodern. 

Selain itu, pertimbangan penerbit yang menginginkan banyak konstruksi eksotis dan unik dari budaya Asia, Afrika, Latin, Karibia, dan lainnya sebagai salah satu formula terlaris untuk sastra diasporik membuat penulis yang juga menginginkan keuntungan finansial lebih memilih untuk menampilkan budaya etnik mereka dengan kerangka perbedaan-yang-dikonsumsi oleh subjek Barat. 

Absennya kesadaran kritis terkait kepentingan ideologi kapitalisme negara maju dalam mengkampanyekan multikulturalisme merupakan hak mutlak penulis dengan berbagai pertimbangan. 

Namun, pilihan itu bisa membuat sastra diasporik menjadi pelengkap atau, bahkan pendukung, keberlangsungan kapitalisme yang cenderung mengeksploitasi sumber daya manusia dari negara miskin atau negara berkembang sambil memperkuat konstruksi neo-Orientalisme untuk kekuatan negara Barat berdasarkan kerinduan pascamodern.

Rujukan

Adams, Bella. (2008). Asian American Literature. Edinburgh: Edinburgh University Press.

Al Maleh, Layla. (2009). “Anglophone Arab Literature: An Overview.” In Layla Al Maleh (ed). Arab Voices in Diaspora: Critical Perspectives on Anglophone Arab Literature. Amsterdam: Rodofi.

Chae, Youngsuk. (2008). Politicising Asian American Literature. New York: Routledge.

Dijkstra, Steven, Karin Geuijen, and Arie De Ruijter. (2001). “Multiculturalism and Social Integration in Europe.” International Political Science Review, Vol 22, No. 1, 55–84.

Fowers, Blaine J. and Frank C. Richardson. (1996). “Why Is Multiculturalism Good?” American Psycologist, Vol. 51, No. 6, 609-621.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun