Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Menggugat (Kekaguman terhadap) Warisan Leluhur dalam Monolog "Kayon"

14 November 2022   09:04 Diperbarui: 18 November 2022   15:30 2617
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aneka macam Kayon (gunungan wayang kulit). Dokumentasi indoborneonatural.blogspot.com

Namun, tidak hanya berhenti di situ, dia juga bisa mengembangkan budaya itu melalui pendekatan-pendekatan baru agar wacana dan praksis wayang bisa menyapa subjek yang lebih luas dan beragam. Dalam proses tersebut sangat mungkin ia diharapkan bisa mengapropriasi prinsip-prinisp modern yang disesuaikan dengan kepentingan pemertahanan dan pengembangan. 

Namun, ketika ia larut dalam narasi besar Pemuda Pelopor dengan memahami perannya selama ini sebagai tukang bersih-bersih dan juru masak, maka sebagai subjek ia memilih tenggelam kembali ke dalam rutinitas warga yang mendukung mekanisme pengeramatan yang sekedar memandang dan mengagumi Kayon Buyut. 

Namun, mengingat posisi strategisnya sebagai Pemuda Pelopor dan wacana-wacana baru yang ia dapatkan dari subjek Sadagora, saya lebih senang membayangkan Pekacar melakukan terobosan-terobosan asyik untuk mempertahankan dan mengembangkan Kayon Buyut dan wayang agar bisa digemari oleh masyarakat luas. Bukan sekedar dikagumi dan dipandangi. 

Pilihan ini sekaligus menghantam keras kebijakan budaya yang dibuat oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang lebih fokus kepada kampanye pemajuan tetapi lupa substansi dan cara agar keragaman budaya lokal tetap bisa digemari dan diteruskan oleh generasi muda. 

Juga, pilihan untuk menjadikan keragaman ekspresi budaya lokal sebagai bagian industri wisata yang menjadikan banyak manusia hanya menikmati keindahan visual tanpa harus memahami kompleksitas makna dan wacana yang ada. 

Selain itu, keberanian Pekacar juga akan menggugat pemahaman akan kekeramatan yang di-wisata-kan tanpa bisa memberikan kontribusi strategis kepada perubahan perilaku atau kebiasaan hidup warga yang rutin berziarah ke tempat keramat atau makam leluhur. 

Dengan posisi diskursif demikian, pertunjukan Kayon berkepentingan untuk melakukan resistensi terhadap kekaguman terhadap budaya lokal yang bisa menjadikan subjek masyarakat dan Negara tidak melakukan apa-apa, kecuali mengeksploitasinya untuk kepentingan pribadi, komunal, ataupun bangsa. 

Setidaknya, Teater Q-SA dengan cerdas dan liat berani menghadirkan pertunjukan yang menggugat kekaguman terhadap budaya lokal yang bisa menjadi sekadar perayaan tanpa kedalaman makna: sebuah modal untuk terus melakukan gugatan dan resistensi yang bisa mendorong lahirnya kreativitas-kreativitas berbasis budaya lokal.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun