Maka lahirlah program semacam BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang bisa dibaca sebagai usaha pemerintah pascareformasi, sejak zaman SBY, untuk memenuhi tuntutan ekonomi rakyat kecil meskipun pemerintah harus menghutang kepada lembaga donor internasional, seperti IMF dan World Bank. Dengan program tersebut, pemerintah tengah membuat sebuah wacana yang menjadi pengetahuan bersama, bahwa "mereka sangat memperhatikan masalah rakyat kebanyakan."
Kalangan industri media juga melihat peluang yang sama dari kemiskinan yang melilit masyarakat. Dengan melakukan komodifikasi kemiskinan, kalangan media kemudian berusaha menjual program kepada industri barang dan jasa di Indonesia. Pilihan untuk membuat acara reality show bagi-bagi rezeki, media terkesan memberikan kontribusi bagi mereka yang membutuhkan.Â
Dan lebih jauh, kalangan industri barang dan jasa juga dikesankan memberikan sebagian rezekinya untuk menyelesaikan permasalahan rakyat miskin. Dalam konteks yang lain, kalangan industri ternyata melakukan hal yang sama dengan program tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) di mana perusahaan memberikan program bantuan kepada masyarakat sekitar, terutama kepada usaha kecil dan menengah.Â
Baik reality show bagi-bagi rezeki maupun CSR ingin mengkampanyekan sebuah tanggung jawab perusahaan untuk 'mengentaskan' kemiskinan, namun dalam konteks kuasa, itu semua bisa dibaca sebagai usaha kapitalisme untuk meneguhkan kuasa hegemoniknya di tengah-tengah masyarakat.Â
REALITY SHOW BAGI-BAGI REZEKI
Adalah seorang Helmy Yahya melalui PH-nya yang pertama kali mempopulerkan acara reality show bagi-agi rezeki muncul dalam tayangan televisi swasta nasional. Tayangan-tayangan reality show yang pertama-tama dikonsep Helmy Yahya dan kawan-kawan, antara lain Uang Kaget, Bedah Rumah, dan Nikah Gratis yang semuanya ditayangkan RCTI.Â
Kemudian disusul Tolooong! dan Lunas yang ditayangkan SCTV. Kemudian Jeremy Thomas dan kawan-kawan membuat acara serupa bertajuk Pulang Kampung yang ditayangkan  Trans 7. AN Teve seperti tidak mau ketinggalan, membuat acara serupa bertajuk Haji Gratis.
Satu rumus pokok dari acara-acara yang terkesan berbeda-beda tersebut adalah "komodifikasi kemiskinan dan masalah-masalah yang menyertainya serta dialami langsung oleh masyarakat". Sementara formula yang dipakai adalah pemberian bantuan secara langsung kepada subjek-subjek yang dianggap terlilit masalah kemiskinan.Â
Bantuan-bantuan yang diberikan biasanya berupa (1) pemberian uang tunai dengan jumlah tertentu yang akan digunakan untuk menyelasaikan masalah-masalah yang ada dan (2) pemberian fasilitas yang bisa membantu si subjek keluar dari masalah-masalah yang dihadapinnya.Â
Nikah Gratis, Bedah Rumah, dan Haji Gratis bisa dikategorikan ke dalam reality show yang memberikan fasilitas kepada subjek yang membutuhkan. Sementara Uang Kaget, Lunas, dan Tolooong! masuk ke dalam kategori reality show yang memberikan uang yang nantinya digunakan oleh si subjek untuk menyelesaikan masalahnya.
Nikah Gratis merupakan tayangan yang memberikan bantuan fasilitas kepada mereka yang membutuhkan biaya untuk melaksanakan pernikahan. Subjek yang membutuhkan itu karena kemiskinan yang membelitnya belum bisa melangsungkan pernikahannya dengan perempuan idaman.Â