Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Reality Show Bagi-Bagi Rezeki: Kedermawanan dan Kuasa

6 April 2022   10:31 Diperbarui: 6 April 2022   10:34 654
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membaca reality show bagi-bagi rezeki memang membutuhkan tidak sekedar kekaguman akan kedermawanan sosial, tetapi juga nalar kritis yang harus dilekatkan dalam analisis-analisis kita karena sesuatu yang tampaknya alamiah bisa jadi memang 'dialamiahkan' dengan memperkuat sebuah relasi yang tengah beroperasi di balik tayangan tersebut. 

Untuk mempermudah analisis dan mendapatkan perbandingan komperhensif, saya hanya akan mengambil beberapa acara reality show bagi-bagi rezeki, yakni Nikah Gratis, Bedah Rumah, Lunas,  dan Pulang Kampung sebagai objek material kajian. 

REPRESENTASI TELEVISIUAL DAN KONTEKS

Dalam pembahasannya tentang representasi dalam perspektif cultural studies, Hall (1997) mendefinisikan representasi sebagai (1) penggunaan bahasa untuk sesuatu yang bermakna atau merepresentasikan dunia yang penuh makna kepada orang lain; (2) bagian penting dari proses di mana makna diproduksi dan dipertukarkan oleh anggota kebudayaan; (3) produksi makna melalui bahasa, dan; (4) produksi makna konsep dalam pikiran kita melalui bahasa (proses mental). 

Merujuk pada pengertian-pengertian yang diberikan Hall, representasi televisual bisa didefinisikan secara sederhana sebagai makna dan wacana yang mewujud melalui medium bahasa audio-visual dalam saluran televisi dan disebarluaskan kepada para penonton. Jadi ketika kita melihat sebuah tayangan televisi sebenarnya kita tengah mengkonsumsi representasi yang diwujudkan dalam bahasa audio-visual. 

Dalam tayangan reality show sebenarnya kita bisa menemukan makna-makna yang seringkali bersifat ideologis tetapi seringkali kita tidak pernah menyadari kehadiran mereka karena memang adegan dan cerita yang digambarkan memang sangat alamiah dan nyata. 

Maka, saya akan mengunakan pendekatan konstruksionis untuk menelaah konstruksi kepentingan ideologis dan ekonomis dalam reality show terpilih. Melalui pendekatan tersebut, kita bisa menguraikan makna dan wacana apa yang sebenarnya disampaikan oleh pihak production house (PH) dan pengelola televisi swasta beserta kepentingan mereka. 

Apa yang tidak boleh diabaikan adalah fungsi strategis televisi sebagai media populer yang sangat efektif untuk digunakan sebagai aparat penyebar nilai-nilai hegemonik dari kelompok dominan. Fungsi strategis televisi yang memberikan informasi sekaligus hiburan ternyata mempercepat dukungan konsensual rakyat bagi berlangsungnya kuasa hegemonik. 

Salah satu negara Eropa yang berhasil menggunakan televisi untuk melanggengkan kekuasaan hegemoniknya adalah Inggris dengan BBC-nya (Hall, 1986; Cardiff & Scannell, 1986). Rezim Orde Baru Indonesia sebenarnya juga mencontoh pola ini, yakni dengan menyebarkan "ideologi pembangunan" melalui RRI dan TVRI yang terbukti cukup efektif melanggengkan kekuasaan selama 32 tahun. 

Kegagalan pemerintah Orde Baru dalam menjalankan kekuasaan adalah ketika mereka mulai menjalankan kekuasaan dominasi (kekuasaan dengan senjata) sehingga memunculkan perlawanan yang menghasilkan gerakan reformasi dan meruntuhkan rezim tersebut.

Lahirnya iklim keterbukaan yang menjadi semangat reformasi ternyata menghasilkan pemerintah yang semakin dekat dengan kepentingan kapitalisme karena hanya dengan pola itulah pemerintah bisa menjamin berlangsungnya kuasa hegemoniknya. Pertimbangan ekonomi-modal inilah yang kemudian melahirkan kebijakan-kebijakan populis yang seolah-olah mengartikulasikan kepentingan rakyat kebanyakan yang masih banyak dililit permasalahan ekonomi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun