Sementara, multilingual, digunakan untuk mendeskripsikan kemampuan lebih dari dua bahasa. Nah, praktik campur-kode tersebut berlangsung dalam komunitas bilingual ataupun multilingual.Â
Selain itu juga terdapat praktik alih-kode (code switching), bentuk pergantian atau perpindahan dari satu bahasa ke bahasa lain dalam sebuah peristiwa.Â
Alih-kode ditandai selesainya sebuah ungkapan dengan bahasa tertentu yang kemudian beralih ke ungkapan dengan bahasa lain.Â
Seseorang menggunakan bahasa Indonesia dalam beberapa percakapan dengan sesama warga Indonesia, kemudian dia beralih menggunakan bahasa Inggris untuk ungkapan lain merupakan bentuk alih-kode.
MEMAHAMI KONTEKS DINAMIS, MENGHINDARI STIGMATISASI
Beberapa tafsir telah diberikan terkait kebiasaan campur-kode dalam bahasa anak-anak Jaksel. Konteks kawasan elit di Jakarta Selatan di mana terdapat banyak ekspatriat, oleh Sikumbang diasumsikan ikut membentuk gaya berkomunikasi anak-anak muda.
Dalam perspektif antropologi linguistik, campur-kode anak-anak Jaksel merupakan prakitk kebahasaan yang merespons situasi ekonomi, sosial, dan budaya dalam wilayah geografis yang berbeda dari wilayah lain. Dari situlah akan muncul dinamika berbahasa yang menggambarkan relasinya dengan konteks tertentu.
Diakui atau tidak, suka atau tidak suka, bahasa Inggris telah, sedang, dan akan menjadi bahasa hegemonik di mana banyak masyarakat negara-negara berkembang (mayoritas negara pascakolonial) memosisikannya sebagai alat atau modal untuk mendapatkan kemajuan hidup, kesejahteraan, pengetahuan, dan berpartisipasi dalam globalisasi dalam segala bidang.Â
Tidak mengherankan kalau bahasa Inggris dijadikan bahasa kedua ataupun bahasa asing yang diajarkan kepada generasi penerus karena pemerintah di negara-negara pascakolonial menginginkan kemajuan hidup dengan kemampuan bahasa Inggris yang digunakan dalam bermacam urusan internasional dan global.
Anak-anak muda yang mendapatkan pelajaran bahasa Inggris dari institusi pendidikan, formal maupun informal, tumbuh dengan tradisi linguistik yang menempatkan bahasa Inggris sebagai "bahasa planet bumi" yang paling berpengaruh.Â
Tentu bukan hal yang sulit bagi mereka untuk menggunakan istilah-istilah umum dalam bahasa Inggris yang mudah dicampur dengan ekspresi bahasa Indonesia.Â