Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Bahasa Anak Jaksel: Campur-Kode, Konteks, dan Dinamika

14 Januari 2022   07:06 Diperbarui: 14 Januari 2022   13:09 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaum muda Jaksel sedang nongkrong. Dok. SQ Dome via Kompas.com

Para antropolog linguistik meyakini bahwa sekecil apapun sebuah peristiwa bahasa dalam masyarakat yang bergerak dinamis, bisa ditemukan dunia yang kompleks di mana masing-masing individu terikat oleh sistem kebahasaan dan praktik budaya yang menjadikan mereka subjek yang masuk di dalamnya.

Maka, bagi saya, membaca bahasa anak Jaksel yang menjadi perbincangan selama beberapa tahun terakhir, kita bisa membawa paradigma bahasa dan budaya sebagaimana dipahami antropologi linguistik. 

Maksudnya, kita bisa melihat bagaimana praktik berbahasa dan bentuk kebahasaan yang berlangsung sampai-sampai banyak pihak yang mengkritisinya dan menuduhnya sebagai praktik berbahasa yang jelek. 

Pemahaman tersebut diperlukan agar kita tahu bagaimana struktur bahasa yang mereka gunakan dan dalam konteks seperti apa penggunaannya.

BAHASA ANAK JAKSEL: CAMPUR-KODE

Saya sengaja mencari informasi dari media online terkait bentuk bahasa gaul anak-anak Jaksel. Ini penting dilakukan agar tidak terjebak dalam generalisasi ataupun tuduhan membabi-buta tanpa melihat terlebih dahulu bagaimana bentuk bahasa yang mulai nge-trend sekira tahun 2018 tersebut.

"Gue literally asli anak Jaksel  ya walaupun rada pinggir ke Depok gitu lah. Cuman gue kadang bingung sama jokes-nya anak Jaksel which is bahasanya mixed Indo and English gitu."

"Normally pas pulang kuliah gue sih sukanya hang out sama temen kampus. Kadang juga ngerjain tugas kuliah di coffee shop yang ada working space nya gitu di daerah Senoparty."

Dari dua contoh ungkapan di atas, bisa dikatakan, bentuk bahasa gaul anak Jaksel adalah campur-kode (code mixing), yakni percampuan dua bahasa dalam sebuah ekpresi kebahasaan, seperti percakapan yang terjadi antarpenutur. 

Dalam bahasa anak-anak Jaksel percampuran yang terjadi adalah antara bahasa Indonesia dan Inggris. Jadi, anak-anak muda menggunakan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dalam sebuah tuturan. Percampuran tersebut berlangsung dalam satu tuturan. 

Dok. www.thestar.com.my
Dok. www.thestar.com.my
Jadi, praktik tersebut bukan disebut sebagai bilingualisme. Mengapa? Karena bilingual menegaskan kemampuan individu atau komunitas untuk menggunakan dua bahasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun