Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ungkalan, Pesona Sungai dan Hutan di Jember Selatan serta Kemungkinan Pengembangannya

11 Maret 2020   21:38 Diperbarui: 11 Maret 2020   22:06 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertimbangan itu diperlukan agar tidak muncul selama pertunjukan berlangsung. Selain itu, memudahkan akses penonton juga harus dipikirkan. Karena tujuan pertunjukan publik ini adalah merintis usaha wisata minat khusus, tentu saja, publik harus bisa datang ke lokasi dengan mudah. Bahkan, untuk mereka yang ingin menikmati wisata ke tengah hutan, harus disediakan kendaraan bermotor, bisa roda empat ataupun roda dua.

dokpri
dokpri
Setelah berdiskusi di tengah hutan, untuk sementara, lokasi yang dipilih adalah lahan yang agak lapang setelah jembatan layang menuju Ungkalan. Lokasi tersebut dipilih karena askes mudah, meskipun masih setengah kilometer dari Dusun Ungkalan. 

Namun, tidak menjadi masalah karena tetap masuk ke wilayah dusun tersebut. Apalagi setelah kami berdiskusi dengan perwakilan warga, mereka juga tidak mempermasalahkan soal lokasi tersebut. 

Mereka siap ambil bagian untuk menyukseskan gelaran budaya tersebut. Meskipun demikian, untuk lokasi pastinya, masih membutuhkan satu kali survei lagi.

Rencana lokasi pertunjukan. dokpri
Rencana lokasi pertunjukan. dokpri
Sesudah dari hutan jati, kami naik motor menuju ke Dusun Ungkalan. Saya dibonceng Pak Mardi dengan motor andalannya, RX King. Dengan santai ia mengendarai motor, memainkan manuver di antara pepohonan jati. Jalan menuju Ungkalan memang berupa jalan setapak di tengah hutan jati yang lumayan becek ketika musim hujan. 

Melalui jalan itulah setiap pagi warga Ungkalan ataupun warga luar melakukan perjalanan. Para peladang di tepi hutan juga memanfaatkan jalan setapak tersebut untuk mengusung hasil-hasil pertanian dengan sepeda motor. 

Demikian pula dengan para pencari rumput. Karena sudah terbiasa, mereka tidak menemukan kesulitan berarti. Kebiasaan sehari-hari adalah guru terbaik bagi manusia-manusia yang belum sepenuhnya merasakan pembangunan nasional, sejak era kemerdekaan hingga saat ini.

Sesampai di Ungkalan, kami sempat berkeliling untuk menjumpai beberapa anggota Rimba Laut. Sepanjang perjalanan, saya melihat rumah-rumah tembok, jarang sekali rumah berbahan kayu murni. 

Menurut keterangan Pak Mardi, hasil berladang di pinggir hutan menjadi andalan utama warga untuk membeli bahan bangunan dari wilayah Ambulu. Selain itu, sebagian kecil warga juga berprofesi sebagai pencari ikan dan lobster.

Jadi, meskipun berada di tengah hutan, Ungkalan bukanlah dusun terpencil dan terisolasi. Memang, warga belum tersentuh proyek pembangunan selain jembatan layang dan bangunan sekolah dasar negeri. Namun, mereka juga tidak mau ketinggalan zaman.

Rowo Cangak. dokpri
Rowo Cangak. dokpri
Kami pun diajak Pak Mardi menuju Rowo Cangak dan Pantai Canga'an. Rowo Cangak adalah rawa yang berbatasan langsung dengan pantai yang menjadi habitat kepiting berukuran besar. Di atasnya adalah sebuah bukit yang hijau dengan vegetasi alami. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun