Atau, mempermudah masuknya barang-barang kebutuhan warga masyarakat dari luar. Di balik permasalahan tersebut, Ungkalan tetap memiliki potensi yang bisa dikembangkan. Sungai, hutan, pantai, dan kawasan tegal (ladang) merupakan kekayaan Ungkalan, selain manusia-manusia pekerja keras. Â Â
Menyusuri Sungai Menyentuh Muara
Saya sampai di Sekretariat Rimba Laut, Desa Sumberejo, Ambulu, lebih dulu, baru kemudian beberapa pengurus DeKaJe menyusul. Para anggota Rimba Laut adalah pribadi-pribadi yang cukup ramah dan santun.
 Mereka adalah warga desa yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan pencari lobster dan ikan serta petani. Namun, mereka juga aktif melakukan penyelamatan dan pencarian korban tenggelam di sungai ataupun di laut.Â
Bagi kami, pengurus DeKaJe, keikhlasan anggota Rimba Laut adalah kebajikan yang tidak bisa diukur dengan uang. Maka, menemani mereka untuk merintis usaha wisata minat khusus berbasis keindahan sungai, hutan, kuliner, dan budaya Jawa akan menjadi kebahagiaan yang tak perlu diukur dengan kalkulasi materi. Â
Kami pun berangkat dengan penuh bahagia. Matahari yang cerah seperti merestui perjalanan ini. Di tepi sungai, tiga buah perahu motor milik para anggota Rimba Laut seperti memanggil kami.Â
Dengan cekatan, beberapa anggota mempersilahkan kami naik. Saya, Mas Poponk (Kabid Teater DeKaJe, Mas Eko Suwargono (Ketua Umum DeKaJe) bersama empat anggota Rimba Laut berangkat terlebih dahulu.Â
Sementara, Mas Basis Wanto (Bendahara DeKaJe), Muhammad Zamroni (Dosen Prodi Televisi dan Film Universitas Jember), Pak Mardi, dan beberapa anggota Rimba Laut naik perahu kedua. Adapun perahu ketiga dinaiki oleh beberapa anggota lainnya.
Meskipun air sungai keruh karena sehari sebelumnya bagian hulu diguyur hujan deras, pesona sungai begitu nyata sejak pertama perahu motor melaju.Â
Di sisi kiri sungai, hutan jati yang membentangkan panorama hijau daun dan coklat batang pohon. Di sisi kanan, rumpun bambu (barongan) yang melindungi tanah tegalan dari longsor.Â