Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Ungkalan, Pesona Sungai dan Hutan di Jember Selatan serta Kemungkinan Pengembangannya

11 Maret 2020   21:38 Diperbarui: 11 Maret 2020   22:06 1517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sempadan yang tergerus air. dokpri
Sempadan yang tergerus air. dokpri
Kalaupun ada yang membuat kami sedikit gundah adalah tanah di sempadan sungai yang longsor karena akar jati tidak mampu menahan laju air. Di beberapa lokasi, air berhasil menggerus tanah dan membuatnya longsor. Kalau dibiarkan tanpa tindakan, lahan jati akan terus berkurang setiap tahun ketika curah hujan tinggi. 

Selain itu, pengambilan pasir secara oleh warga ikut mempercepat proses penggerusan tanah sempadan sungai. Menanam bambu dan menjadikannya barongan (rumpun bambu) merupakan salah satu pemecahan masalah yang bisa dijalani Perhutani. 

Akar bambu terbukti mampu menahan gempuran air. Hal itu terbukti di lahan tegalan yang aman karena ada pelindung berupa barongan. Keberadaan rumpun bambu di pinggir sungai juga akan memperindah pemandangan serta memberikan dampak ekonomi kepada warga ataupun Perhutani karena harga bambu yang cukup bagus. Selain itu, warga juga bisa memanfaatkan rebung (tunas bambu) untuk dijadikan sayur konsumsi atau dijual ke pasar.

Rumpun bambu yang bertahan. dokpri
Rumpun bambu yang bertahan. dokpri
Saya membayangkan kalau pikiran dan batin wisatawan yang tengah diliputi kebahagiaan bertemu dengan pikiran konservasi pasti akan menghasilkan sikap dan perikalu ekologis yang bisa membantu gerakan perbaikian eksositem alam. 

Pemahaman seperti itu, misalnya, bisa diwujudkan dalam bentuk wisatawan menanam bambu di sempadan setelah melakukan susur sungai. Para wisatawan bisa saja mencatatkan nama pada bibit bambu yang ditanam, sehingga kelak mereka bisa berkunjung kembali untuk melihat bambu yang pernah ditanam.

Menuju Hutan Jati, Menjumpai Ungkalan 

Setelah hampir dua puluh menit menyusuri sungai, saya dan rombongan pun menepi. Kami bergerak masuk ke dalam hutan jati Ungkalan. Ribuan pohon jati menyambut kami dengan begitu kokoh. 

Pohon ini seperti mengabarkan bahwa manusia akan mendapatkan citra kokoh dan agung ketika rumah mereka terbuat dari kayu jati atau, setidaknya, memiliki unsur kayu jati bagi rumah tembok. 

Keyakinan mitologis manusia Jawa menempatkan jati sebagai pohon yang keberadaannya di rumah akan memunculkan wibawa pada diri mereka yang menempati. Itulah mengapa, bagi manusia Jawa, kayu jati menjadi elemen penting yang sebaiknya ada dalam bangunan rumah. 

Terlepas dari makna mitologis tersebut, ribuan pohon jati di kawasan Ungkalan merupakan lanskap indah yang menjadikan batin manusia berada dalam misteri kehidupan, bukan menakutkan, tetapi menakjubkan.

dokpri
dokpri
Beberapa saat lamanya kami berusaha mencari lokasi yang sesuai untuk pertunjukan publik. Ada beberapa alternatif dengan pertimbangan kemudahan akses dan kemungkinan untuk membuat desain panggung yang nyaman bagi para penampil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun