Selain itu, pengambilan pasir secara oleh warga ikut mempercepat proses penggerusan tanah sempadan sungai. Menanam bambu dan menjadikannya barongan (rumpun bambu) merupakan salah satu pemecahan masalah yang bisa dijalani Perhutani.Â
Akar bambu terbukti mampu menahan gempuran air. Hal itu terbukti di lahan tegalan yang aman karena ada pelindung berupa barongan. Keberadaan rumpun bambu di pinggir sungai juga akan memperindah pemandangan serta memberikan dampak ekonomi kepada warga ataupun Perhutani karena harga bambu yang cukup bagus. Selain itu, warga juga bisa memanfaatkan rebung (tunas bambu) untuk dijadikan sayur konsumsi atau dijual ke pasar.
Pemahaman seperti itu, misalnya, bisa diwujudkan dalam bentuk wisatawan menanam bambu di sempadan setelah melakukan susur sungai. Para wisatawan bisa saja mencatatkan nama pada bibit bambu yang ditanam, sehingga kelak mereka bisa berkunjung kembali untuk melihat bambu yang pernah ditanam.
Menuju Hutan Jati, Menjumpai UngkalanÂ
Setelah hampir dua puluh menit menyusuri sungai, saya dan rombongan pun menepi. Kami bergerak masuk ke dalam hutan jati Ungkalan. Ribuan pohon jati menyambut kami dengan begitu kokoh.Â
Pohon ini seperti mengabarkan bahwa manusia akan mendapatkan citra kokoh dan agung ketika rumah mereka terbuat dari kayu jati atau, setidaknya, memiliki unsur kayu jati bagi rumah tembok.Â
Keyakinan mitologis manusia Jawa menempatkan jati sebagai pohon yang keberadaannya di rumah akan memunculkan wibawa pada diri mereka yang menempati. Itulah mengapa, bagi manusia Jawa, kayu jati menjadi elemen penting yang sebaiknya ada dalam bangunan rumah.Â
Terlepas dari makna mitologis tersebut, ribuan pohon jati di kawasan Ungkalan merupakan lanskap indah yang menjadikan batin manusia berada dalam misteri kehidupan, bukan menakutkan, tetapi menakjubkan.