Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(M)batin dalam Senyap

29 Februari 2020   14:56 Diperbarui: 29 Februari 2020   15:10 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Eman sekali, Bu. Timur anak yang pandai. Tapi keterlibatan Bapaknya dalam PKI bisa menghambat cita-citanya untuk sekolah," ucap kepala sekolah membuka percakapan.

"Tapi, anak saya kan berhak sekolah juga, Pak? Saya juga tidak pernah melawan negara. Saya selalu tepat membayar pajak," desak Karti.

"Iya, saya ngerti, Bu. Tapi, aturan pusat memang sangat ketat untuk urusan ini." Kepala sekolah itu menutup berkas-berkas Timur.

"Tolonglah, Pak. Apa tidak ada jalan lain? Kami ini hanya rakyat kecil."

Kepala sekolah itu diam, menatap Timur yang hanya menundukkan kepala. Ingin sekali dia menerimanya masuk di SMA yang ia pimpin. Tapi, bagaimana dengan atasan-atasannya? Pasti ia akan dimarahi. Atau, bisa-bisa diturunkan dari jabatannya. Dalam kebingungan, pesan almarhum Bapaknya kembali terngiang, "Bantulah setiap anak yang ingin sekolah, karena itu akan menjadi sodaqoh pengetahuan yang pahalanya tidak akan habis kelak di akhirat."

"Bu, saya ada usul, mungkin Ibu bisa menyetujuinya."

"Apa itu, Pak?"

"Bagaimana kalau Timur saya jadikan anak angkat. Kalau tahu anak angkat saya, dewan guru tidak akan ada yang protes. Ya, itung-itung menemani saya dan istri di rumah, karena anak-anak saya sudah kuliah di Surabaya dan Jakarta."

Karti dan Timur saling berpandangan. Timur tersenyum dan mengangguk mendengar tawaran itu.

"Baiklah, Pak, kami menyetujui tawaran itu. Saya dan Timur benar-benar menghaturkan terima kasih. Meskipun, saya sebenarnya agak berat berpisah dengannya. Tapi, demi sekolahnya, biarlah, ndak apa-apa."

"Dua hari lagi saya tunggu Timur di rumah. Biar sekalian saya urus surat-surat anak angkatnya. Nanti kalau sudah sekolah, Timur biar pulang dua minggu atau satu bulan sekali."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun