Mohon tunggu...
Ikwan Setiawan
Ikwan Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Kelahiran Lamongan, 26 Juni 1978. Saat ini aktif melakukan penelitian dan pendampingan seni budaya selain mengajar di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Dosen dan Peneliti di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(M)batin dalam Senyap

29 Februari 2020   14:56 Diperbarui: 29 Februari 2020   15:10 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Terima kasih, Pak Haji. Informasi Njenengan tentu akan membuat hidup keluarga kami lebih bahagia, tidak dirundung rasa penasaran."

Timur segera menemui anggota keluarga Haji Rofik. Tampak istrinya masih agak marah. Timur cuek saja.

"Pak, Bu, Pak Haji harus segera dibawa ke rumah sakit. Ada sedikit gangguan di syarafnya, sehingga tubuhnya gemetaran. Tenang saja, bisa disembuhkan kok. Ini saya kasih surat rujukan, sampai di rumah sakit kasihkan ke bagian administrasi, biar Pak Haji segera bisa dirawat. Dan, sekalian saya ingin menjelaskan kesalahpahaman yang terjadi. Simbok saya tidak pernah nyanthet Pak Haji. Penyakit Pak Haji murni berkaitan dengan syaraf. Jadi, saya mohon jangan menuduh Simbok dengan tuduhan yang macam-macam. Saya pamit dulu." Timur menyerahkan surat rujukan kepada Pak Kasto.

"Terima kasih, Timur. Sore ini juga akan kami bawa ke Lamongan."

Sampai di rumah Timur segera memberitahu Karti perihal informasi yang diberikan oleh Haji Rofik. Karti menangis bahagia mendengarnya.

"Ya, sudah, kalau begitu segeralah berangkat ke Dagel. Yuk Jum, Yuk, Tum, tolong suami kalian berdua suruh nemani Timur. Aku segera ingin jasad suamiku disempurnakan, meskipun tinggal tulang."

"Ya, Yuk," sahut Yuk Jum. Dia segera mengajak Yuk Tumina kembali ke rumah.

"Cong, bertamulah terlebih dahulu ke Kepala Dusun Dagel, Pak Miskan, dia itu masih sepupu Simbok. Biar dia bantu, biar orang-orang tidak curiga."

"Iya, Mbok."

Setelah suami Yuk Tumina, Mardi, dan suami Yuk Jum, Sutris, datang, Timur segera membonceng mereka berdua, meskipun agak sesak. Sementara, Karti melepas kepergian Timur sembari memeluk Jati.

Di Dagel, segera ia menuju rumah Pak Miskan, setelah diberitahu suami Yuk Tumina arah rumahnya. Pak Miskan kaget, setengah tidak percaya, ketika Timur mengatakan dirinya anak Kardi, karena sudah lama ia tidak berjumpa dengannya. Namun, penjelasan Mardi semakin meyakinkannya. Pak Miskan sangat senang mengetahui Timur menjadi seorang dokter. Begitu Timur menjelaskan maksud kedatangannya, Pak Miskan menundukkan muka. Ia menangis lumayan keras, sampai istri dan dua anaknya keluar. Istrinya berusaha menenangkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun