---
"Jangan bercanda kau!!"
Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Galuh kesekian kalinya.
"Jadi kau membakar rumah-rumah ibadah itu, karena ingin membunuh Tuhan?" Seorang anggota tim penyidik yang sedari lima jam lalu menginterogasinya, bertanya kembali. Seolah meyakinkan dia tidak salah mendengar.
"Iya, Pak," Galuh menjawab singkat.
Polisi itu tertawa sekilas ke arah rekannya yang diam di depan pintu. "Bangsat! Kukira adu domba antar agama, ternyata cuma orang gila!"
Dia mendekatkan wajahnya ke arah Galuh.
"Kau mau membunuh Tuhan, hah? Karena kau pikir Dia membunuh keluargamu? Sini kuberitahu..." Polisi itu menjambak rambut Galuh dengan kasar.
"Tak perlu kau cari Dia ke rumah-Nya. Dia itu sibuk, tak ada di sana. Mau tau kau Dia dimana?"
Dia mengarahkan jari telunjuk tangan kanannya ke dada Galuh, "Di sini."
Polisi itu berjalan ke arah pintu keluar, dengan anggukan kepala mengajak rekannya pergi.
"Jadi kau cari, dan bunuh dia di dalam sana," katanya terakhir kali sebelum benar-benar meninggalkan Galuh sendiri.