"Ini mbak pesanannya, masnya mau pesan lagi? Ato mau nambah kopi?"
"Boleh-boleh, mocca aja... sama roti bakarnya Bro."
"Oke mas ditunggu."
"Seep, gak pake lama ya."
"Wokey Boss."
Demikianlah, suasana kaku segera menghampiri selepas pelayan berlalu. Kami terjebak pada keadaan "susahnya mengawali sesuatu". Kuberanikan untuk mengambil inisiatif. Pertanyaan tentang kabar, rutinitas, juga aktivitas terakhir menjadi menu pembuka. Itupun kulakukan tanpa memandang matanya, juga jemari tangan yang tak henti-hentinya menari di atas keypad handphone, sekadar menyibukkan diri. Aku berharap tak kelihatan cukup gugup di hadapannya.
"Roti bakar siap dinikmati Bos."
"Wah.. hampir saja aku panggil massa untuk demo jika 5 lagi menit pesananku belum sampai."
"Hahaha... Bos bisa aja. Silakan Bos."
"Oke-oke, tengkyu..."
Bunyi langkah kaki pelayan semakin melamat. Lalu hilang ditelan bunyi gerimis.