Mohon tunggu...
Dedi Irawan
Dedi Irawan Mohon Tunggu... Akuntan - Dedi Irawan

Belajar seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus State of The Art di Universitas Pancasila

31 Desember 2022   21:08 Diperbarui: 31 Desember 2022   21:38 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tugas Kuliah Akuntansi Manajamen Lanjutan

Dosen: Prof. Apollo Daito

Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Pancasila

Latar Belakang

State of the art, atau sebagian menyebutnya sebagai tinjauan pustaka, menggambarkan sekelompok tujuan yang sangat penting. Pertama, state of the art ini menunjukkan bahwa seorang penulis telah membangun pengetahuan yang kuat tentang bidang tempat penelitian berlangsung, dan si penulis telah sangat familiar dengan masalah utama yang dipertaruhkan, serta telah mengidentifikasi dan mengevaluasi literatur kunci secara kritis. 

Di sisi lain, state of the art juga menunjukkan bahwa penulis telah menciptakan pandangan yang inovatif dan koheren yang mengintegrasikan dan mensintesis aspek-aspek utama dari bidang tersebut, sehingga dapat menempatkannya ke dalam perspektif arah baru yang diusulkan untuk dijelajahi atau diteliti.

State of the art dalam penelitian biasanya merupakan bagian yang lebih luas dari sebuah proposal penelitian, sehingga diharapkan akan berkembang pada berbagai paragraph dan sub-paragraf. State of the art dalam proposal penelitian mengacu pada teknik terbaru dan paling mutakhir yang harus digunakan saat Menyusun proposal penelitian. Ini termasuk menggunakan metodologi dan teori penelitian terkini, serta memastikan bahwa proposal yang disampaikan terorganisir dengan baik dan bebas dari kesalahan apapun.

State of the art dalam penelitian selalu berubah dan berkembang. Saat penemuan baru dibuat, dan teknologi baru dikembangkan, cari kita melakukan penelitian berubah seiring dengan proses itu. Sebagai contoh sederhana, selama beberapa dekade terakhir telah terjadi pergeseran dari metode tradisional dalam melakukan penelitian, seperti survei dan kelompok fokus, ke metode yang yang lebih modern, seperti menggunakan big data dan pembelajaran mesin. 

Perubahan ini didorong oleh meningkatkan ketersediaan data dan perkembangan teknologi baru yang mempermudah analisis kumpulan big data, sehingga memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan yang sebelumnya tidak mungkin dijawab karena keterbatasan sumber tradisional. Pembelajaran mesin juga memungkinkan peneliti untuk mengotomasi analisis data yang semakin meningkatkan kecepatan dan akurasi penelitian.

Diskusi dan Pembahasan

Salah satu kunci penting dalam melakukan penelitian ilmiah adalah pada state of the art dan gap teoritik. Setidaknya dua istilah itulah yang harus dicari terlebih dahulu sehingga akan terlihat rumusan masalah yang ada dilapangan. Murad Maulana (2016) mengutip setidaknya state of the art ini menjadi trik baru ketika akan melakukan sebuah penelitian. State of the art adalah ujungnya ilmu pengetahuan.

Seperti yang kita tahu, ilmu pengetahuan itu tidak statis. Ia mengalami perubahan dari waktu ke waktu, jadi dinamis. Dalam istilah yang pernah disinggung oleh Thomas Kuhn bahwa ilmu pengetahuan itu bersifat revolusioner dari satu pradigma ke paradigma baru. Nah, state of the art ini adalah fokusnya pada apa yang paling terbaru dari sebuah teori yang ada. Biasanya di jurnal-jurnal akan ditemukan state of the art dari sebuah ilmu pengetahuan yang paling mutakhir. Oleh karenanya penting sekali membaca jurnal untuk mengikuti trend atau perkembangan terbaru dari sebuah ilmu pengetahuan.

State of the art bagaikan fondasi membangun rumah, apabila fondasinya kokoh maka rumah juga akan menjadi kuat dan tidak mudah roboh dan begitu pula sebaliknya. Dengan State of the art yang kuat maka artikel ilmiah akan bernilai jual tinggi, sehingga kemungkinan ditolak saat pengiriman jurnal akan sangat kecil. Sebaliknya, apabila state of the art yang diajukan lemah sedangkan bagian artikel ilmiah yang lain terlihat menakjubkan, maka keseluruhan artikel ilmiah berkualitas buruk karena tidak memiliki dasar penelitian yang kuat.

Wisnu at al (2015) mendefinisikan state of the art sebagai tingkat pengembangan mencakup pada peralatan, prosedur, proses, teknik, hingga teori yang dicapai pada waktu tertentu dan merupakan hasil dari penerapan metodologi terkini. Penentuan state of the art dapat didasarkan pada tiga hal, yaitu: data, proses, dan analisis. Pada penggunaan data sebagai hal yang digunakan untuk menentukan state of the art, penulis dapat menggunakan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan menerapkannya pada masalah baru.

Selanjutnya, proses penentuan state of the art dapat dilakukan dengan cara mengubah atau memodifikasi metode pada suatu penelitian. Cara ini lebih sulit dari cara yang pertama karena membutuhkan pemahaman yang lebih dalam terhadap topik dari penelitian yang diajukan. Lalu menggunakan analisis sebagai penentu state of the art dapat dilakukan dengan memberikan analisis yang tajam dan berbeda pada suatu penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

Dengan adanya state of the art, peneliti akan memperoleh informasi mengenai masalah penelitian yang akan diteliti. Salah satunya adalah dengan membaca literatur atau penelitian terdahulu yang berhubungan, hal tersebut akan menjadikan peneliti lebih mudah memahami dan menganalisis masalah penelitian. Ini juga bisa membuktikan bahwa masalah penelitian yang sedang diteliti mempunyai hubungan atau relevansi, sehingga dapat melihat perkembangan ilmu pengetahuan sehingga terlihat alur proses perkembangannya. Dengan adanya state of the art penelitian yang dilakukan akan menunjukan pendekatan yang berbeda dalam menemukan sebuah solusi. 

Dengan bervariasinya pendekatan yang berbeda, peneliti bisa mengevaluasi pendekatan yang ada, dan menyadari hal yang perlu diperbaharui atau dikurang.

Untuk memperoleh state of the art yang kuat, terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: kontribusi, orisinalitas, dan keterbaruan. Ketiga kriteria tersebut adalah:

(1) KONTRIBUSI

Secara sederhana, kontribusi berarti dampak positif yang dapat diberikan dari penelitian yang telah dilakukan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan. Apabila penelitian benar-benar dilakukan, hasil dari penelitian dan seberapa penting untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan masyarakat menentukan tingkat state of the art. Semakin besar nilai kontribusi yang ditawarkan pada suatu jurnal ilmiah, maka semakin kuat State of the art yang akan dibentuk.

(2) ORISINALITAS

Orisinalitas adalah keaslian dari penelitian yang dilakukan dimana penelitian belum pernah dilakukan sebelumnya. Kriteria ini merupakan salah satu bentuk spesifik dari kontribusi ilmiah yang mana belum ada peneliti lain yang pernah melakukan hal yang sama sebelumnya. Apabila penelitian yang dilakukan sudah pernah dilakukan sebelumnya, maka orisinalitas penelitian tersebut adalah rendah. Hal ini berarti penelitian ini tidak memberikan suatu kontribusi baru yang spesifik untuk masyarakat pada umumnya.

(3) KETERBARUAN

Keterbaruan adalah kontribusi ilmiah yang secara spesifik menambah pengetahuan secara teoritis maupun praktik dari suatu disiplin ilmu. Perbedaan utama antara keterbaruan dengan orisinalitas adalah pada keterbaruan penelitian yang diusulkan merupakan suatu pengembangan yang dapat memperbaiki penelitian yang sudah dilakukan atau benar-benar baru secara teoritis, seperti penemu teori fuzzy. Sedangkan orisinalitas, hanya terbatas pada konteks tidak terjadi tindakan plagiarisme terhadap penelitian-penelitian lain.

Membuat dan menentukan State of the art itu tidak mudah, namun hal tersebut akan mudah, manakala proses itu selalu kita asah dan lakukan berkali-kali. Semoga adanya informasi terkait cara membuat State of the art dalam karya tulis ilmiah dapat membantu para peneliti maupun mahasiswa yang sedang mengerjakan penelitiannya.

Tinjauan pustaka menjadi penting untuk melihat sejauh mana ilmu pengetahuan telah berkembang hingga yang paling terbaru itu ada. Umumnya bisa dengan melihat penelitian-penelitian terdahulu misalnya dengan membaca jurnal-jurnal. Jadi, dengan kata lain tinjauan pustaka itu berfungsi bukan hanya untuk melihat perbedaan dengan penelitian yang akan kita lakukan. 

Namun demikian, itu bermanfaat untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan tahap demi tahap sehingga terlihat alur proses perkembangannya. Biasanya untuk mempermudah dibuat tabel dari tahun ke tahun perkembangan dari ilmu pengetahuan tersebut berdasarkan dengan subjek ilmunya.

Penulisan Disertasi di Universitas Pancasila

Kesalahan-kesalahan umum dan terpola dalam penulisan disertasi terjadi secara sistemik dan tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa di satu tempat. Anehnya, sebagian di antara penulisnya tidak tahu bahwa mereka telah membuat kesalahan. Yang lebih fatal lagi penulisnya tidak tahu atau tidak sadar bahwa mereka sedang menyusun karya ilmiah berupa disertasi.

Sebagai bagian dari civitas akademica Universitas Pancasila, penulis menyadari terdapat gap teoritik dalam proses penulisan disertasi pada Sebagian mahasiswa di Universitas Pancasila. Gap teoritik adalah perbedaan atau jeda yang terjadi antara state of the art dengan empiris atau fenomena yang terjadi dilapangan. Ini bisa dilihat setelah melakukan perbandingan di antara keduanya. Jika terjadi keraguan, maka perlu menguji yang dilanjutkan misalnya dengan cara melakukan metode penelitian survey (survey research methods). 

Penelitian ini apa yang disebut dengan peneltian kuantitatif. Logika berpikirnya adalah deduksi. Lain lagi dengan qualitative research methods, maka tidak ada teori ketika akan terjun dilapangan. Teori hanya sebagai pembanding agar tetap dalam koridor penelitian dimana logika berpikirnyapun secara induksi.

Disertasi adalah karya ilmiah puncak di bidang akademik sehingga jika lulus penulisnya akan memperoleh gelar doktor (Dr.), sebuah gelar yang tidak dimiliki oleh setiap orang, karena harus dilalui dengan studi di jenjang S3 dengan beberapa persyaratan tertentu yang tidak mudah. Lazimnya memerlukan waktu minimal 3 hingga 5 tahun untuk menyelesaikan studi S3, bahkan ada yang lebih lama lagi. Bisa dibayangkan berapa banyak waktu, tenaga, uang dan pengorbanan lain yang dikeluarkan selama kurun waktu itu. Tidak jarang selama studi S3, mahasiswa juga harus berkorban secara psikis. Karena itu, sayang jika penulisan disertasi tidak dilakukan secara serius.

Kesalahan akibat tidak tahu atau tidak sadar itu menjadikan disertasi layaknya tesis atau bahkan skripsi, malah ada tesis yang kualitasnya jauh lebih baik daripada disertasi. Ujiannya pun bisa bergeser, dari seharusnya ujian disertasi menjadi ujian tesis atau skripsi. Ada juga kesalahan yang sebenarnya tidak perlu terjadi, karena semata-mata penulisnya kurang teliti, terutama yang menyangkut teknik penulisan, kesalahan-kesalahan bahasa berupa kesalahan ejaan serta susunan kalimat yang tidak logis, tidak gramatikal, dan kalimat yang tidak lengkap.

Jenis kesalahan terakhir ini bisa sangat mengganggu kualitas disertasi. Disertasi yang isinya cukup baik, topik yang dibahas menarik, metodologinya benar, dan teori yang dipakai juga tepat, bisa rusak karena kesalahan bahasa. Karena itu, kesalahan bahasa tidak bisa dipandang remeh dan seharusnya tidak perlu terjadi. Memang seorang penulis disertasi seyogyanya sudah tidak memiliki persoalan bahasa. Sayangnya banyak penulis disertasi menggampangkan dan menganggap persoalan bahasa adalah masalah yang remeh.

Secara umum, kesalahan-kesalahan penulisan disertasi itu mencakup 4 hal, yaitu terkait substansi, teori, metodologi, dan bahasa. Kesalahan substansi mencakup dua hal, yakni tema yang ditulis bukan dalam wilayah kajian ilmu yang ditekuni (not within the area of the body of knowledge) dan pertanyaan yang diajukan bersifat sangat teknis, sehingga tidak melahirkan suatu konsep. Konsep tidak lain merupakan sebuah gagasan atau ide abstrak untuk menggambarkan gejala atau fenomena sosial yang dinyatakan dalam sebuah istilah atau kata. 

Wilayah kajian perlu memperoleh perhatian serius dari setiap penulis disertasi. Sebagaimana diketahui, setiap bidang ilmu memiliki bangunan pengetahuan (the body of knowledge) sendiri-sendiri yang berimplikasi pada metodologi yang berbeda antara satu disiplin ilmu dengan disiplin yang lain.

Memang bisa saja terjadi sebuah disiplin ilmu merupakan perpaduan antara dua atau mungkin tiga ilmu secara bersamaan. Ilmu-ilmu demikian disebut ilmu inter atau multi disiplin (inter or multi-desciplinary knowledge), termasuk jenis ilmu-ilmu terapan. Namun demikian, wilayah kajiannya harus tetap jelas. Oleh karena itu, agar tidak mengalami kesalahan pemilihan tema atau objek kajian, sebelum memulai melakukan penelitian, penulis memastikan dulu bahwa tema yang ditulis merupakan bagian dari wilayah kajian bidang ilmu yang ditekuni. Tentu saja ini bisa diperoleh dengan diskusi secara intensif dengan promotor, dosen, para ahli atau peneliti-peneliti sebelumnya.

Perbedaan antara disertasi, tesis dan skripsi sebenarnya sudah bisa dilihat sejak bab awal, yaitu latar belakang atau konteks penelitian. Pada skripsi, penulis cukup mendeskripsikan fenomena secara jelas dengan urutan logika yang benar. Mendeskripsikan artinya menulis sesuatu apa adanya, tanpa menambah atau menguranginya, yang oleh para ahli disebut sebagai phenomena description.

Sedangkan pada tesis, selain menyajikan fenomena, penulis sudah wajib mencantumkan teori-teori atau konsep yang terkait dengan tema atau topik yang dibahas. Lazimnya, pada karya setingkat tesis penulis sudah bisa membedakan antara satu teori dengan teori yang lain. Berbeda dengan tesis, disertasi tidak saja memaparkan fenomena dan teori-teori yang relevan dengan tema disertasi, tetapi juga hasil-hasil penelitian oleh para peneliti sejenis sebelumnya, siapa meneliti apa, dengan hasil apa, dan metode penelitian apa. 

Untuk itu, penulis disertasi sudah selayaknya memperkaya diri dengan pengetahuan yang banyak mengenai hasil-hasil penelitian sebelummya dengan membaca buku, majalah ilmiah dan jurnal. Hasil-hasil penelitian itu dibandingkan satu dengan yang lain untuk dicari persamaan atau kemiripan dan perbedaannya, atau yang sering disebut finding gap. Di sini penulis disertasi wajib mengetahui siapa saja peneliti sebelumnya dengan tema sejenis, pertanyaan apa yang diajukan dengan hasil apa, dan metode penelitian apa, yang lazim disebut sebagai "state of the arts". Gunanya untuk memperoleh kebaruan (novelty) penelitian.

Kesalahan substantif kedua mencakup kualitas pertanyaan penelitian yang diajukan. Tidak sedikit pertanyaan penelitian disertasi bersifat teknis dan operasional. Misalnya, pertanyaan "Bagaimana kepala sekolah merancang dan mengembangkan program kerja sekolah?", "Bagaimana guru mengembangkan bahan ajar?" adalah contoh pertanyaan yang bersifat teknis operasional. Tentu saja karena pertanyaannya sangat teknis jawaban atau temuan penelitiannya juga sangat teknis. Jawaban atau temuan penelitian sangat tergantung pada jenis pertanyaan yang diajukan.

Pertanyaan disertasi tidak boleh bersifat teknis atau operasional, tetapi harus konseptual. Untuk itu, penulis disertasi wajib memperkaya diri dengan pengetahuan filosofis mengenai tema yang diangkat sebelum merumuskan masalah yang akan dijawab. Kualitas pertanyaan disertasi bisa dilihat apakah jawaban yang akan diperoleh memberikan khasanah pengetahuan baru bagi disiplin ilmu yang ditekuni atau tidak, atau sekadar mengulang dari temuan atau jawaban yang sudah ada.

Jika tidak memberikan pengetahuan baru, apalagi hanya mengulang dengan menyatakan "hasil penelitian saya menegaskan atau mendukung hasil penelitian sebelumnya", maka karya itu sejatinya tidak bermakna apa-apa bagi perkembangan ilmu pengetahuan, kecuali bagi penulisnya sendiri untuk memperoleh gelar doktor. Disertasinya juga tidak dibaca orang karena tidak menarik, dan hanya menjadi dokumen akademik yang tidak bermakna bagi perkembangan peradaban manusia.

Berdasarkan diskusi penulis dengan sesama rekan mahasiswa Program Doktoral Ilmu Ekonomi Universitas Pancasila, terdapat beberapa masalah fundamental yang dirasakan sebelum mahasiswa benar-benar bisa menulis dan menghasilkah sebuah karya ilmiah, bahkan disertasi yang berkualitas. 

Disamping permasalahan penguasaan state of the art yang memang belum matang, penguasaan bahasa yang masih dalam kapasitas rata-rata, serta penguasaan khasanah keilmuan yang belum mumpuni, terdapat sebuah skema penelitian yang cenderung mekanistik yang kemudian mengarah kepada hasil yang itu-itu saja. Model penelitian seperti ini tentunya cenderung membosankan dan akan kesulitan dalam menghasilkan novelty yang berkualitas.

Atas alasan itu, pola-pola penelitian klasik seperti itu tentunya perlu diperbaharui secara terus-menerus di bawah bimbingan dan arahan para profesor yang lebih berpengalaman dan memiliki khasanah keilmuan yang jauh lebih luas.

Untuk sekadar memberikan gambaran, mungkin ide dan pemikiran peneliti Nurul Huda dari Universitas Airlangga berikut ini bisa menjadi referensi:

 

Kesimpulan

Pengetahuan tentang state of the art, terutama yang terkait dengan penelitian dan disertasi, merupakan sebuah hal baru yang penulis dapatkan dari Prof. Apollo Daito selaku dosen Akuntansi Manajemen Lanjutan dalam Program Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Pancasila. Pengetahuan ini sangat membantu meluruskan jalan berpikir penulis dalam merencanakan penulisan sebuah disertasi yang baik. State of the art bagaikan fondasi membangun rumah, apabila fondasinya kokoh maka rumah juga akan menjadi kuat dan tidak mudah roboh dan begitu pula sebaliknya. 

Dengan state of the art yang kuat maka artikel ilmiah akan bernilai jual tinggi, sehingga kemungkinan ditolak saat pengiriman jurnal akan sangat kecil. Sebaliknya, apabila state of the art yang diajukan lemah sedangkan bagian artikel ilmiah yang lain terlihat menakjubkan, maka keseluruhan artikel ilmiah berkualitas buruk karena tidak memiliki dasar penelitian yang kuat.

Daftar Pustaka

Wahyuningsih, Mutia, Universitas Mercubuana

https"//ascarya.or.id dikutip pada 30 Desember 2022 jam 19:12 WIB

https://www.researchgate.net/figure/Steps-for-analysing-the-state-of-the-art_fig2_280009211

https://duta.co/terampil-membuat-state-of-art-dalam-karya-tulis-ilmiah

https://www.muradmaulana.com/2016/12/pentingnya-memahami-state-of-art-dan.html

Rahardjo, Mudjia, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun