Mohon tunggu...
Dedi Irawan
Dedi Irawan Mohon Tunggu... Akuntan - Dedi Irawan

Belajar seumur hidup

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Invisible Hands dalam Praktik Oligopoli di Industri Peternakan

11 Desember 2022   22:17 Diperbarui: 11 Desember 2022   22:20 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Yang menggembirakan, di tengah pandemi, usaha perunggasan yang semula belum masif seperti broiler, kini kian berkembang, seperti ternak ayam kampung dan puyuh. Catatan Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia, pandemi telah mendorong usaha pembibitan ayam kampung. Juga pemasaran yang inovatif, yaitu membangun outlet, gerai, atau reseller secara daring. Diyakini, satu hingga dua tahun ke depan akan berdiri usaha berskala besar.

Namun, industri perunggasan, terutama daging ayam, pada 2021 masih rentan guncangan. Beberapa faktor yang mempengaruhinya adalah:

Pertama, surplus produksi masih berlanjut. Merujuk laporan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian (2020), tahun 2021 sektor ini mengalami suplus 344.967 ton daging ayam (9,8 persen dari kebutuhan). Surplus itu diperkirakan bertahan di tahun 2022, bahkan berpotensi mengalami kenaikan. Angka yang dirilis saat Rembug Perunggasan Nasional pada 10 Desember 2020, surplus produksi daging ayam pada Desember 2020 diperkirakan 18,7 persen. Sementara surplus telur ras pada 2021 (Kementan, 2020) mencapai 119.852 ton (2,4 persen). Surplus ini adalah hasil perencanaan produksi 1,5-2 tahun lalu. Cara cutting dipastikan tidak menghentikan atau mengurangi produksi mendadak guna menyesuaikan dengan permintaan.

Kedua, daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih. Akibat dari belum pulihnya daya beli masyarakat, hasil produksi pertanian, termasuk unggas dan produk unggas, tidak seluruhnya terserap pasar. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dilakukan pemerintah salama masa pandemi, membuat kapasitas operasi usaha tidak optimal. Padahal mereka inilah yang menyerap produksi petani atau peternak. Akhirnya, terjadi diskoneksi supply-demand. Kondisi ini terjadi tidak hanya di sektor peternakan, tetapi juga untuk produk aneka sayuran dan produk peternakan lainnya.

Hasil pertanian atau peternakan yang tak terserap pasar membuat petani atau peternak kehabisan modal berproduksi pada musim berikutnya. Jika mereka berhenti produksi dan terjadi dalam skala luas dan masif, tentu berujung pada ancaman ketersediaan pangan bagi 280 juta warga negara Indonesia.

 

Inisiasi Teknologi sebagai Solusi di Sektor Peternakan

Tahun 2021, pemerintah masih mengalokasikan anggaran besar untuk mitigasi pandemi. Anggaran kesehatan Rp 168,71 triliun dan perlindungan sosial Rp 421,71 triliun. Tahun 2020, anggaran pemulihan ekonomi nasional mencapai Rp 695 triliun. Namun tidak ada alokasi anggaran yang mengalir khusus ke petani atau peternak yang notabene adalah pengusaha mikro dan kecil.

Karena itu, perlu segera dibuat aneka langkah guna melindungi petani atau peternak. Pertama, cara cutting dan afkir dini seperti saat ini, hanya menolong dalam jangka pendek. Kedua, sembari menyelesaikan solusi jangka pendek, pemerintah dan otoritas pengawas persaingan usaha mesti fokus mendesain solusi jangka panjang, dan menuntaskan integrasi hulu-hilir yang fokus daya saing. Ini penting sebagai bagian dari antisipasi masuknya daging ayam dari luar negeri, seperti Brasil.

Sampai saat ini, preferensi konsumen masih membeli daging segar, bukan beku. Jika harga karkas bisa dijaga pada level kompetitif, hampir pasti sulit bagi daging ayam impor merebut pasar daging ayam di negeri ini.

Di dalam dunia peternakan IoT berpengaruh di dalam pengembangan industri pada aspek precision farming dan prescriptive farming. IoT adalah konsep dimana suatu objek mampu berkomunikasi dan berinteraksi virtual melalui interkoneksi jaringan internet sehingga menciptakan manfaat bagi masyarakat. Objek tersebut mentransfer data melalui jaringan tanpa harus berhubungan langsung manusia ke manusia atau manusia ke komputer. Dalam prescriptive farming, peternak memperoleh pengetahuan melalui penyuluhan maupun bimbingan-bimbingan secara teknis, serta akses informasi mengenai pengembangan usaha serta dinamika pemasaran dan sebagainya. Informasi harga merupakan salah satu contoh prescriptive farming.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun