Nama aslinya Harun Mohammad Kohar tak banyak dikenal orang. Nama yang kesohor sejak remaja sampai tua, sebagai wartawan, maupun pejabat negara adalah singkatannya Harmoko.
Saya meyakini pria kelahiran Nganjuk tanggal 7 Februari 1939 itu kaya karena profesi wartawan. Sebab sebelum jadi Menteri tahun 1983, dia sudah sukses menjadi bos besar koran Poskota.
Tahun 1976 saya dan beberapa teman peserta KLW sempat ngobrol dengan bung Harmoko di wisma Dirga Niaga Cipayung kab Bogor. Waktu itu dia menjabat ketua PWI pusat.
Dia juga cerita soal Poskota yang terbit mulai tahun 1970.
Katanya mereka para pengelola Poskota harus rela dijuluki orang sebagai "koran got".
Dari sisi intelektual Poskota memang tak nyampai. Konten pemberitaannya melulu masalah hukum dan kriminal. Soal pencurian, penodongan, pembunuhan, perkosaan dan lain lain sebangsa kekerasan.
Tapi koran itu laku keras. Bagai kacang goreng.
Pembacanya ya kalangan "got" itu. Tukang becak, Supir angkot dan masyarakat kelas bawah.
Tapi karena mereka Poskota dan orang orang nya hidup.
Waktu itu kata Harmoko tirasnya mencapai 470 ribu eksemplar setiap hari. Berada dibawah Kompas yang sudah hsmpir 500 ribu.