Mohon tunggu...
Dedi 19
Dedi 19 Mohon Tunggu... -

Belajar Buat Karya Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Tua Eyangku

10 Desember 2011   23:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:33 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Nggak kok Yang, lagi suntuk aja di pondok. Pengen refresing Yang.”

“Ayo masuk,” ajak Eyang.

Duuggh… “Auuw…” lagi-lagi kepalaku terjedot pintu Eyang. “Dasar Rumah Tua!” makiku. Eyang hanya memandangiku sambil tertawa. Lebih keras dari yang tadi.

“Kok malah diketawain sih Yang? Sakit nih!” aku protes.

“Ya nggak papa. Cuma heran saja sama kamu.”

“Heran gimana? Lha wong Pintu Eyang yang terlalu pendek! Perasaan dulu Nggak sependek ini.”

“Ha ha ha ha…,” tawa Eyang semakin menjadi. “Bukan pintu Eyang yang berubah atau direndahkan. Tapi kamu yang sudah berubah. Mentang-mentang sudah tinggi, lupa. Sudah Nggak bisa lagi menundukan kepala. Mestinya kalau kamu sudah merasa tinggi, kamu juga harus sadar dan tahu bagaimana caranya menundukkan kepala, biar kepalamu nggak kejedot. Menundukkan kepalamu saja tidak cukup le. Bisa saja dengan hanya menundukan kepala kamu merasa bahwa kepala kamu benar-benar menunduk. Padahal kenyataanya kepalamu masih tegak ke atas begitu angkuhnya. Untuk benar-benar menundukkan kepala dada dan hatimu juga perlu kamu tundukkan le. Dengan itu, kamu baru bisa benar-benar telah menundukkan kepalamu.

Sesuatu yang rendah itu tidak bisa menggapi ke atas. Yang merasa tinggi harus belajar membungkuk, biar hubungan yang bawah dengan yang di atas masih terjalin. Biar nggak merasa hidup ini sendirian. Kalau sudah merasa sendiri, hidup tidak tenang, sumpek dan tidak betah dengan rutinitas yang ada.”

Ah, entah apa yang dibicarakan Eyang. Apa hubungannya sumpek dengan kepalaku kejedot pintu. Aku semakin pusing!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun