Sambil berbisik kepada Ibnu, Surya lalu menjelaskan bahwa dirinya memang seharusnya tak usah datang ke sini. Surya mulai merasa dikecewakan Purnama.
Melati kemudian keluar menuju teras. Mendapati Melati, keduanya pun lalu berkilah seolah-olah tak terjadi apa-apa. Melati yang sedang menerima telepon itu perlahan mendekati Surya dan Ibnu. Tak membutuhkan waktu lama bagi keduanya untuk mengetahui siapa yang sedang menjadi lawan bicara Melati. Melati sedang bicara dengan sang kakak.
“Ehm... Iya... Kakak ingin bicara dengan Surya? Ok, sebentar.” Kaget bukan main Surya mendengar ucapan Melati itu. Melati lalu memberikan telepon genggamnya kepada Surya.
Dengan perasaan campur aduk Surya menerima telepon yang diberikan Melati. Sekitar lima detik tak ada suara yang keluar dari kedua penelepon. Hening, Surya merasa gugup, ia merasa bingung harus bicara apa. Setelah cukup mengumpulkan keberanian akhirnya dia mulai membuka mulutnya dan mulai bicara.
“Ha-Ha-Halo.” Suara itu saling pantul, ucapan halo yang serentak diucapkan bersamaan oleh kedua penelepon itu membuat gema saling sahut menyahut. Namun tak lama senyap kembali. Di ujung sana kemudian mulai terdengar suara yang lebih tegar dan dalam.
“Halo, Surya...,” behenti sejenak, kemudian berlanjut. “Maaf aku tidak bisa ke sanggar tepat waktu. Aku masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan." Surya terdiam, dia khusuk mendengarkan ucapan kakak Melati itu.
"Oh iya... Aku ucapkan banyak-banyak terima kasih karena kamu telah mengantar Melati pulang ke rumah. Dia itu, padahal mau aku jemput, tapi kekeh ingin naik metromini, tapi untung saja ada kamu. Mungkin satu atau dua jam lagi aku akan pulang,” ucap kakak Melati di ujung telepon nan jauh di sana.
“Iya... tidak masalah,” ucap Surya. Ia merasa komunikasi kini mulai mencair. Walau demikian, tak lama tiba-tiba suasana senyap kembali. Kemudian, suara yang lebih tegar dan dalam di ujung sana kembali bersuara.
“Aku minta maaf padamu Surya, karena sikapku belakangan ini. Aku tidak bermaksud memperpanjang masalah di antara kita. Aku ingin kita kembali seperti biasa. Tapi entahlah mungkin belakangan ini aku sedang banyak pikiran. Aku benar-benar minta maaf kepadamu.” Mendengar kata-kata itu Surya terdiam, tak menyangka akan menerima kata-kata seperti itu darinya.
“A-Aku juga minta maaf Purnama, aku terlalu egois padamu. Aku tidak bisa memahami keadaan orang lain dan selalu fokus pada diri sendiri. Cepat selesaikan pekerjaanmu. Mari kita mengobrol seperti biasa di sini.”
Seorang kakak bernama Purnama itu kemudian mengucapkan banyak terima kasih kepada Surya, karena telah bersedia menunggunya. Tak lama telepon itu pun berakhir.