Ayah tersenyum. “Siapa orang yang mau membantumu itu nak? Kalau ada waktu ajaklah ia kemari. Ayah ingin mengucapkan terima kasih padanya.” Kini rona bahagia tampak di wajah Ayah.
Purnama lalu menjelaskan tentang sosok yang akan membantunya itu. Setelah bicara dengan Ayah, Purnama lalu izin keluar, hendak pergi ke Taman Ismail Marzuki. Purnama dan orang yang membantunya akan diskusi kecil-kecilan di sana.
“Nak, kalau di luar sana ada orang yang butuh jasa melukis, kabari Ayah ya. Ayah sudah lama tidak ada order. Ayah juga tidak mau kalah denganmu.” Ayah tersenyum.
.......................…..
Malamnya, di salah satu kios buku dekat Taman Ismail Marzuki, Purnama ditemani seorang teman sedang melihat-lihat buku di sana. Teman Purnama lalu mendapatkan buku yang sedang ia cari.
“Karena ini kios buku langgananku, biar aku saja yang membayarnya. Biar dapat potongan harga. Mana bukunya?” kata Purnama setengah berbisik kepada temannya.
“Buku ini berapa koh?” tanya Purnama sambil mengacungkan sebuah buku tebal berjudul Ensiklopedia Mesin ke si penjaga kios.
“150 ribu aja. Udah diskon itu, harga kawan,” kata penjaga kios lengkap dengan kekhasan cara bicaranya, cadel di huruf r.
“Waduh Koh, buku KW ini. Gak bisa kurang?”
“Gak bisa. Ini buku udah langka. Gak dicetak lagi!”
“Bukannya tiap bulan suka ada cetak ulang ya, versi KW,” ucap Purnama bercanda.