Mohon tunggu...
Dede Rudiansah
Dede Rudiansah Mohon Tunggu... Editor - Reporter | Editor | Edukator

Rumah bagi para pembaca, perenung, pencinta kopi, dan para pemimpi yang sempat ingin hidup abadi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sejarah Sunda Cirebon Bagian 3: Syarif Hidayatullah dan Cirebon Merdeka

12 November 2023   16:35 Diperbarui: 17 November 2023   21:15 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
indonesiatempodoeloe.blogspot.com

Di bagian 2 telah diuraikan kisah lahirnya cucu-cucu Prabu Siliwangi. Terangkum dalam 2 subjudul: Dari Cirebon ke Masjidilharam dan Lahirnya Para Cucu Siliwangi. Bagi yang belum membaca Sejarah Sunda Cirebon Bagian 2, bisa dengan mengeklik tautan berikut. kompasiana.com/bagian2

Artikel ini sendiri merupakan rangkuman atas babad berjudul Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang disusun oleh P.S. Sulendraningrat. Dengan spesifik merangkum bab 16 sampai dengan bab 22. Kisah akan berfokus pada peristiwa bertemunya Syarif Hidayatullah dengan Rasulullah, perjalanan Syarif Hidayatullah ke Cirebon dan China, hingga pengangkatannya sebagai kuwu di Cirebon. Berikut merupakan kisahnya.

  • Perjalanan Menuju Rasulullah 

Syarif Hidayatullah di Mesir sudah beranjak remaja dan ingin sekali belajar Islam langsung kepada Rasulullah. Karena Rasulullah sudah wafat jadi ia tidak bisa melakukan hal tersebut. Akan tetapi, entah kenapa ia tetap bersikukuh, maka dimulailah petualangan spiritual Syarif Hidayatullah.

Dalam perjalanannya menuju Rasulullah, ia kemudian bertemu dengan berbagai sosok di luar nalar manusia. Bertemu pendeta yang diazab oleh nabi Sulaiman, bertemu kendi nabi Nuh yang bisa bicara, sampai dengan bertemu nabi Ilyas yang kemudian memberikannya sebuah baju.

Selain itu, di momen ini pula Syarif Hidayatullah bertemu nabi Khidir. Berkat nabi Khidir, Syarif Hidayatullah pun sampai ke negeri jin. Di sana, ia lalu bersemedi dan terbanglah ia, melesat ke langit 1 s.d 6.

Di langit ke-6 inilah Syarif Hidayatullah bertemu dengan Rasulullah. Rasulullah kemudian memberikannya nasihat, pembelajaran, dan nama baru, Insankamil.

Setelah perjalanan luar biasa itu, Syarif Hidayatullah pun pulang ke Mesir. Ia kemudian meminta izin kepada Ayahanda dan Ibundaya untuk bisa melakukan perjalanan kembali, menyempurnakan agama Islam dengan melakukan ibadah haji. Setelah mendapatkan restu, maka berangkatlah ia melakukan perjalanan ke Makkah.

Di tengah perjalanan, Syarif Hidayatullah dibegal oleh beberapa orang kriminal. Namun, pada akhirnya para begal itu malah mengikuti Syarif Hidayatullah ke Makkah. Mereka mengikuti Syarif Hidayatullah, setelah menyaksikan kesaktian Syarif Hidayatullah yang ternyata bisa mengubah pohon menjadi emas.

Singkat cerita sampailah rombongan ini ke Makkah. Berhajilah mereka, kemudian perjalanan berlanjut ke Madinah, melakukan jiarah ke makam Rasulullah. Dalam rangkaian perjalanan ibadah haji ini mereka kemudian belajar ilmu empat mazhab. Setelah itu, pulanglah Syarif Hidayatullah ke Mesir.

  • Pulang ke Negeri Sang Ibu: Cirebon

Seiring bertambahnya dewasa, Syarif Hidayatullah pun mulai mendapatkan kepercayaan di berbagai hal, termasuk di ranah pemerintahan. Ia kemudian diangkat menjadi Sultan Mesir menggantikan Ayahandanya yang wafat.

Sang Ibu, Putri Rarasantang pun merasa bangga. Ia lalu meminta Syarif Hidayatullah agar bisa pulang ke tanah kelahirannya, Cirebon. Menyebarkan risalah Islam di sana, khususnya kepada para kerabat/keluarganya di Kerajaan Pajajaran.

Permintaan orang tua adalah keridaan Tuhan, maka segeralah ia merencanakan perjalanan selanjutnya, menuju Cirebon. Tahta sultan sendiri kemudian ia serahkan kepada adiknya, sang Syarif Nurullah.

Sesampainya di Cirebon, Syarif Hidayatullah lalu bertemu dengan Sang Uwa, Pangeran Cakrabuana. Ia kemudian menjelaskan maksud serta tujuannya datang ke Cirebon, yaitu untuk menyebarkan risalah Islam di tanah Cirebon lebih khususnya ke para kerabat/keluarga di Kerajaan Pajajaran.

Mendengar penjelasan Syarif Hidayatullah, Pangeran Cakrabuana lalu menahan sementara tekad keponakannya tersebut. Ia menyarankan agar Syarif Hidayatullah belajar hidup dan meminta izin terlebih dahulu ke Susuhunan (Sunan) Ampel di Ampeldenta.

Pahamlah Syarif Hidayatullah. Ia kemudian pergi ke Ampeldenta. Di sana dirinya menyerahkan diri sepenuhnya untuk belajar kepada Sunan Ampel. Syarif Hidayatullah pun kemudian belajar Islam dan hidup di Ampeldenta bersama tokoh-tokoh agama lainnya, seperti Sunan Giri, Bonang, Lemahabang, dll. 

Setelah cukup belajar dan mendaras ilmu di bawah pengawasan Sunan Ampel, Syarif Hidayatullah pun akhirnya memperoleh izin untuk bisa menyebarkan Islam. Sebelum meninggalkan Ampeldenta ia kemudian didaulat sebagai Imam Cirebon. Penyebaran Islam oleh Syarif Hidayatullah pun akhirnya dimulai.

  • China dan Cirebon Merdeka

Di satu waktu Syarif Hidayatullah pergi ke China dan tinggal di negeri Tartar. Maksud kedatangannya ke negeri China adalah untuk berdagang sekaligus melakukan usaha islamisasi di sana. Ia kemudian dikenal sebagai seorang pedagang-tabib, yang juga memiliki kesaktian tertentu.

Mengetahui hal tersebut, Raja China penasaran. Sang Raja lalu mengundangnya untuk bisa datang ke istana. Ia ingin tahu sosok yang ramai dibincangkan rakyatnya sekaligus hendak mengetes kesaktian orang yang bernama Syarif Hidayatullah itu.

Saat di istana, Syarif Hidayatullah lalu diminta untuk menebak kondisi Putri Ong Tien, anak Sang Raja yang tengah berpura-pura hamil. Sang putri diketahui mengenakan bokor kuningan di perutnya untuk mengelabui Syarif Hidayatullah.

Syarif Hidayatullah kemudian menebak dan mengatakan bahwa kondisi putri tersebut memang sedang benar-benar hamil. Tertawalah Sang Raja. Raja kemudian mengusir Syarif Hidayatullah dari istana dan menyuruhnya keluar dari negeri China.

Setelah kejadian tersebut, tiba-tiba kondisi Sang Putri berubah. Bokor kuningan yang dipakai sandiwara secara ajaib masuk ke dalam perut Sang Putri dan menjadikannya benar-benar hamil. Terkejutlah seluruh keluarga istana.

Sementara itu, Putri Ong Tien justru malah kepincut dengan sosok Syarif Hidayatullah. Sang Putri lalu meminta izin kepada keluarganya agar dirinya bisa menyusul Syarif Hidayatullah ke Cirebon.

Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya keluarga istana mengabulkan keinginan Putri Ong Tien itu. Ditemani dengan banyak pasukan dan banyak perbekalan, Putri Ong Tien pun kemudian berlayar menuju Cirebon, mengejar pujaan hatinya.

Di sisi lain, Syarif Hidayatullah sudah sampai ke pulau Jawa. Di pantai utara pulau Jawa ia mendapati beberapa warga dari kerajaan Keling tengah melarung/melepas jasad rajanya ke laut. Syarif Hidayatullah lalu melakukan dakwah kepada mereka. Sempat ada penolakan, namun mayoritas dari mereka akhirnya menerima risalah yang dibawa Syarif Hidayatullah.

Setelah melakukan islamisasi, Syarif Hidayatullah lalu membawa orang-orang Keling yang telah memeluk agama Islam itu ke Cirebon. Mereka kemudian tinggal di gunung Sembung, sebuah daerah pemberian Pangeran Cakrabuana.

Tak berselang lama, Syarif Hidayatullah lalu menjadi Kuwu Cirebon yang baru, menggantikan Pangeran Cakrabuana yang makin sepuh. Ia kemudian mengawini anak Pangeran Cakrabuana, Pakungwati yang juga merupakan sepupunya sendiri.

Seluruh perkampungan di dekat Cirebon pun ikut berbaiat kepadanya. Termasuk kampung orang-orang Baghdad dan murid-murid dari Syekh Nurjati. Selain itu, Syarif Hidayatullah juga turut diakui dan dilantik oleh kawan-kawan Sunan-nya di Ampeldenta.

Di mulai dari pelantikan dan bergantinya kepemimpinan inilah, Cirebon resmi memerdekakan diri dari kekuasaan kerajaan-kerajaan lain, termasuk kekuasaan Galuh dan Pajajaran. Cirebon kini merdeka.

Sejarah Sunda Cirebon bersambung ke bagian 4, Sejarah Sunda Cirebon Bagian 4: Menghijaunya Luragung, Pajajaran, dan Banten. ***

Penulis: Dede Rudiansah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun