Sementara itu, Putri Ong Tien justru malah kepincut dengan sosok Syarif Hidayatullah. Sang Putri lalu meminta izin kepada keluarganya agar dirinya bisa menyusul Syarif Hidayatullah ke Cirebon.
Setelah berdiskusi cukup panjang, akhirnya keluarga istana mengabulkan keinginan Putri Ong Tien itu. Ditemani dengan banyak pasukan dan banyak perbekalan, Putri Ong Tien pun kemudian berlayar menuju Cirebon, mengejar pujaan hatinya.
Di sisi lain, Syarif Hidayatullah sudah sampai ke pulau Jawa. Di pantai utara pulau Jawa ia mendapati beberapa warga dari kerajaan Keling tengah melarung/melepas jasad rajanya ke laut. Syarif Hidayatullah lalu melakukan dakwah kepada mereka. Sempat ada penolakan, namun mayoritas dari mereka akhirnya menerima risalah yang dibawa Syarif Hidayatullah.
Setelah melakukan islamisasi, Syarif Hidayatullah lalu membawa orang-orang Keling yang telah memeluk agama Islam itu ke Cirebon. Mereka kemudian tinggal di gunung Sembung, sebuah daerah pemberian Pangeran Cakrabuana.
Tak berselang lama, Syarif Hidayatullah lalu menjadi Kuwu Cirebon yang baru, menggantikan Pangeran Cakrabuana yang makin sepuh. Ia kemudian mengawini anak Pangeran Cakrabuana, Pakungwati yang juga merupakan sepupunya sendiri.
Seluruh perkampungan di dekat Cirebon pun ikut berbaiat kepadanya. Termasuk kampung orang-orang Baghdad dan murid-murid dari Syekh Nurjati. Selain itu, Syarif Hidayatullah juga turut diakui dan dilantik oleh kawan-kawan Sunan-nya di Ampeldenta.
Di mulai dari pelantikan dan bergantinya kepemimpinan inilah, Cirebon resmi memerdekakan diri dari kekuasaan kerajaan-kerajaan lain, termasuk kekuasaan Galuh dan Pajajaran. Cirebon kini merdeka.
Sejarah Sunda Cirebon bersambung ke bagian 4, Sejarah Sunda Cirebon Bagian 4: Menghijaunya Luragung, Pajajaran, dan Banten. ***
Penulis: Dede Rudiansah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H