Hingga akhirnya, wasit asal Korea Selatan meniup peluit tanda berakhirnya pertandingan. Kelegaan pun langsung menyeruak, meski Indonesia tidak berhasil membuat kejutan dengan mengalahkan Vietnam.
Hasil yang tentu masih bisa disyukuri, karena untuk sementara, Indonesia masih bertahan sebagai pemuncak klasemen Grup B. Raihan 7 poin dan surplus 6 gol masih belum bisa dilampaui Vietnam yang surplus 5 gol.
Lalu, bagaimana Indonesia bisa menahan imbang Vietnam?
Cara pertama, yang bisa disebut efektif adalah memainkan tiga bek tengah yang ketiganya sudah mendapatkan menit bermain di laga sebelumnya. Artinya, ketiganya bisa dikatakan sudah menyetel dengan atmosfer persaingan di turnamen ini.
Cara kedua, para pemain Indonesia bertahan dengan cukup sabar dalam melihat momen untuk dapat menyapu bola. Ini yang membuat taktik Vietnam--di babak pertama--untuk membawa bola sampai ke dalam kotak penalti sulit menghasilkan sesuatu.
Cara ketiga, kita bisa melihat bahwa tiga bek tengah Indonesia punya peran yang terbagi dua. Satu bek menjadi penjaga lawan aktif, yaitu lawan yang menguasai bola, sedangkan dua bek lainnya menjadi penjaga ruang tembak.
Dalam taktik ini, yang paling terlihat sering menjaga pergerakan lawan yang sedang menguasai bola adalah Fachruddin Aryanto. Dengan jam terbangnya yang tinggi memungkinkan dirinya cukup sulit untuk ditembus lawan secara individu.
Kalaupun ditembus, sudah ada Alfeandra atau Rizky Ridho yang siap menghadang. Hadangan mereka pun cenderung praktis, alias berupaya membuang bola tanpa berupaya menguasai bola apalagi melakukan backpass ke kiper. Jangan!
Cara keempat, Indonesia menjadikan Alfeandra Dewangga sebagai gelandang bayangan. Secara formasi, Alfeandra adalah bek, namun dalam pergerakan pemain, dia membentuk formasi tiga gelandang sejajar dengan Evan dan Ricky Kambuaya.
Ini yang membuat Indonesia seolah-olah tidak mengandalkan Evan dan Ricky sebagai penyaring serangan, terutama di babak kedua. Karena, yang berusaha melakukan sapuan adalah Alfeandra, sedangkan Evan dan Ricky fokus mempersempit ruang bagi lawan.
Kemudian, kalau pergerakan bola berada di dekat kotak penalti, maka salah satu di antara Fachruddin atau Ridho akan bergerak cepat mendekati bola untuk menghalau. Lagi-lagi, bukan Ricky dan Evan.